Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Menteri Suriah Janji Kebebasan Pers Pascainsiden Jatuhnya Rezim Assad

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Menteri Suriah Janji Kebebasan Pers Pascainsiden Jatuhnya Rezim Assad
Foto: Menteri Informasi Suriah, Mohamed al-Omar (kiri) berbicara kepada media dalam konferensi pers di Damaskus, Selasa (31/12/2024). (Getty Images)

Pantau - Menteri Informasi Suriah di pemerintahan transisi Mohamed al-Omar mengungkapkan kepada AFP, bahwa pihaknya bekerja menuju kebebasan pers dan berkomitmen pada "kebebasan berekspresi," setelah puluhan tahun kontrol ketat di bawah penguasa sebelumnya.

“Kami sedang berupaya memperkuat kebebasan pers dan ekspresi yang sangat dibatasi di wilayah yang dulu dikendalikan oleh pemerintah Bashar al-Assad,” ujarnya usai oposisi yang dipimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham pada Minggu (8/12/2024) menggulingkan kekuasaan lebih dari lima dekade oleh rezim Bashar al-Assad.

Melansir AFP, Rabu (1/1/2025), Partai Baath yang berkuasa dan dinasti keluarga Assad sebelumnya membatasi hampir seluruh aspek kehidupan, termasuk kebebasan pers dan berekspresi, menjadikan media sebagai alat kekuasaan.

Reporters Without Borders menempatkan Suriah di peringkat kedua dari bawah pada Indeks Kebebasan Pers Dunia 2024, di atas Eritrea dan di bawah Afghanistan yang dikuasai Taliban.

“Ada pembatasan berat pada kebebasan pers dan berekspresi di bawah rezim yang menerapkan sensor. Ke depan, kami berupaya membangun kembali lanskap media yang bebas, objektif, dan profesional,” tutur Omar dalam wawancara dengan AFP, Selasa (31/12/2024).

Baca juga:

Omar adalah bagian dari pemerintahan sementara yang dibentuk di Damaskus oleh koalisi oposisi yang dipimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok yang awalnya berasal dari cabang Al-Qaeda di Suriah dan dianggap sebagai organisasi teroris oleh banyak negara.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, HTS berusaha melunakkan citranya. Diplomat dari kawasan regional dan Barat telah menjalin kontak dengan HTS sebagai penguasa baru Suriah. Para diplomat itu juga berjanji melindungi minoritas agama dan etnis di negara itu.

Omar sebelumnya menjabat sebagai Menteri Informasi di Pemerintahan Penyelamatan yang didirikan HTS pada 2017 di Provinsi Idlib, benteng terakhir oposisi di barat laut Suriah. Dari Idlib, pasukan oposisi memulai serangan kilat menuju Damaskus, 13 tahun setelah perang saudara meletus.

Setelah konflik pecah pada 2011 akibat penindasan brutal pemerintah terhadap demonstrasi pro-demokrasi, Assad semakin memperketat pembatasan pada jurnalisme independen.

“Kami tidak ingin melanjutkan cara lama, yaitu media resmi yang hanya bertujuan memoles citra penguasa,” ujar Omar.

Pascainsiden jatuhnya rezim Assad dan pelariannya ke Moskow, media Suriah yang sebelumnya memuja rezimnya kini dengan cepat beralih menyuarakan semangat revolusi. Pada Selasa (31/12/2024), Omar bertemu dengan puluhan jurnalis Suriah untuk membahas masa transisi.

Penulis :
Khalied Malvino