
Pantau - Presiden baru Lebanon, Joseph Aoun, langsung bergerak cepat. Mulai Senin (13/1/2025) ini, Aoun memulai konsultasi dengan DPR Lebanon untuk memilih sosok Perdana Menteri (PM) baru.
Baca juga: Presiden Baru Lebanon Janji Berantas Korupsi dan Perkuat Pertahanan Negara
Di tengah krisis ekonomi parah dan konflik bersenjata dengan Israel, siapa pun yang terpilih akan menghadapi tantangan besar.
Nama-nama calon PM Lebanon mulai bermunculan. Kursi ini, sesuai sistem politik Lebanon, diperuntukkan bagi Muslim Sunni. Salah satu kandidat kuat adalah Najib Mikati, PM sementara yang sudah tiga kali memimpin Lebanon.
Mikati dikenal punya jaringan politik yang luas, baik di dalam maupun luar negeri. Namun, ia dikritik sebagai bagian dari sistem lama yang didominasi Hizbullah.
Di sisi lain, ada Fouad Makhzoumi, seorang pengusaha sukses dan anggota DPR Lebanon yang vokal menentang Hizbullah.
Dukungan terhadap Makhzoumi semakin menguat setelah utusan AS, Amos Hochstein, mengunjungi rumahnya pekan lalu untuk berdiskusi dengan kelompok oposisi. Makhzoumi dikenal punya hubungan kuat dengan negara-negara Teluk dan Amerika Serikat.
Baca juga: Joseph Aoun Terpilih jadi Presiden, Perekonomian Lebanon Bangkit Lagi
Nama lain yang tak kalah kuat adalah Nawaf Salam, hakim terkemuka di Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag. Salam dihormati karena integritasnya dan sering disebut-sebut dalam konsultasi politik Lebanon.
Oposisi dan kelompok independen berusaha menggalang dukungan untuk Salam demi menghadang langkah Mikati.
Sementara itu, dukungan politik mulai mengkristal. Sumber dekat Hizbullah menyebutkan kelompok itu bersama sekutunya, Gerakan Amal yang dipimpin Nabih Berri, solid mendukung Mikati.
"Penunjukan Mikati lagi sebagai PM adalah bagian dari kesepakatan dengan utusan Saudi di Lebanon... yang membuat Hizbullah dan Amal mendukung Aoun sebagai presiden," ungkap sumber itu kepada AFP.
Baca juga: Joseph Aoun Terpilih Jadi Presiden Lebanon
Namun, Mikati langsung membantah adanya kesepakatan tersebut. Di sela pemilihan presiden Kamis (9/1/2025), ia menegaskan, "Saya siap melayani negara jika dibutuhkan."
Di tengah dinamika ini, Ketua Lebanese Forces (LF), Samir Geagea, menyindir tajam, "Suka nggak suka, Mikati tetap bagian dari kelompok lama." Oposisi menilai Mikati terlalu dekat dengan elit politik lama yang selama ini dikuasai Hizbullah.
Siapa pun yang terpilih nanti, tantangan berat sudah menanti. Mulai dari menjalankan reformasi ekonomi demi menarik bantuan internasional, membangun kembali negara yang hancur akibat perang, hingga menegakkan kesepakatan gencatan senjata 27 November yang mencakup isu sensitif tentang perlucutan senjata Hizbullah.
Perebutan kursi PM Lebanon semakin panas. Akankah Mikati kembali memimpin? Atau justru wajah baru seperti Makhzoumi atau Salam yang naik ke puncak?
Sumber: AFP
- Penulis :
- Khalied Malvino
- Editor :
- Khalied Malvino