Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Kremlin Prediksi Putin-Trump Berpotensi Bertemu Februari 2025

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Kremlin Prediksi Putin-Trump Berpotensi Bertemu Februari 2025
Foto: Jabat tangan antara Donald Trump dan Vladimir Putin menandai pertemuan bilateral mereka dalam konferensi pers di Helsinki, Finlandia, 16 Juli 2018. (Getty Images)

Pantau - Kremlin menyebutkan kemungkinan pertemuan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Februari 2025 meski perlu persiapan lebih lama.

Baca juga:
Trump Siap Bertemu Putin, Bahas Perdamaian Rusia-Ukraina

Informasi ini disampaikan pada Rabu (19/2/2025). Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengonfirmasi pertemuan antara Putin dan Trump mungkin terjadi bulan ini juga.

"Mungkin ya. Dan mungkin juga tidak," kata Peskov seperti dikutip Interfax.

Sehari sebelumnya, Trump menyatakan kemungkinan bertemu Putin pada Februari 2025 dan mengabaikan kekhawatiran Ukraina tentang pengecualian mereka dari pembicaraan AS-Rusia di Arab Saudi.

Trump juga menyinggung Kyiv mestinya bisa mencapai kesepakatan dengan Rusia lebih awal. Peskov menekankan pertemuan di Riyadh utamanya membahas hubungan bilateral Rusia-AS.

Namun, ia menyebutnya sebagai "langkah yang sangat, sangat penting" menuju penyelesaian perang Ukraina yang hampir memasuki tahun ketiga.

"Tapi ini baru langkah pertama... Tentu saja, tidak mungkin memperbaiki segalanya dalam sehari atau seminggu. Masih ada jalan panjang," tambah Peskov.

Pertemuan terakhir antara pemimpin AS dan Rusia terjadi pada Juni 2021 di Jenewa antara Putin dan Joe Biden. Setelahnya, komunikasi dilakukan melalui sambungan telepon pada Februari 2022 dan pesan-pesan melalui perantara.

Trump telah mengubah kebijakan Barat terhadap Rusia dan Ukraina dengan memerintahkan pembicaraan dengan Rusia tanpa melibatkan Ukraina atau kekuatan Eropa.

Baca juga:
Putin Siap Ngobrol Bareng Trump, Apa Dampaknya bagi Perang Rusia-Ukraina?

Trump juga berbicara langsung dengan Putin dan menyatakan keinginan menurunkan harga minyak—komoditas ekspor utama Rusia. Dia juga menegaskan ingin mengakhiri perang dan yakin Putin ingin membuat kesepakatan.

Namun, Trump belum mengungkapkan rencananya untuk menghentikan konflik yang telah menghancurkan wilayah Ukraina, menewaskan atau melukai ratusan ribu orang, dan memicu kekhawatiran konfrontasi langsung antara Rusia dan AS—dua kekuatan nuklir terbesar dunia.

Pembicaraan di Riyadh merupakan pertemuan pertama antara AS dan Rusia untuk mengupayakan penghentian perang.

Tidak ada pejabat Ukraina atau Eropa yang diundang. Kyiv menyatakan tidak akan menerima kesepakatan apa pun yang dipaksakan tanpa persetujuan mereka.

Konflik di Ukraina timur dimulai pada 2014 setelah revolusi Maidan yang menggulingkan presiden pro-Rusia dan aneksasi Krimea oleh Rusia.

Pada 2022, Putin mengirim tentaranya ke Ukraina dalam apa yang disebutnya "operasi militer khusus" untuk melindungi penutur bahasa Rusia dan menangkal ancaman dari keanggotaan potensial Ukraina di NATO.

Ukraina dan Barat menggambarkan perang ini sebagai upaya perampasan wilayah bergaya imperial yang mengancam keamanan Eropa.

Mereka juga memperingatkan Rusia mungkin melangkah lebih jauh dan menyerang NATO suatu hari. Rusia membantah klaim tersebut sebagai omong kosong. REUTERS

Penulis :
Khalied Malvino