Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Trump Siap Bertemu Putin, Bahas Perdamaian Rusia-Ukraina

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Trump Siap Bertemu Putin, Bahas Perdamaian Rusia-Ukraina
Foto: Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri konferensi pers bersama di Istana Kepresidenan Helsinki pada 16 Juli 2018, setelah pertemuan membahas hubungan bilateral dan isu geopolitik global. (Getty Images)

Pantau - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan kemungkinan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam waktu dekat.

Baca juga: Drone Rusia Hantam Pelindung Radiasi di PLTN Chernobyl

Pembicaraan ini berkaitan dengan upaya mengakhiri perang di Ukraina, seiring dengan rencana pertemuan pejabat AS dan Rusia di Arab Saudi.

"Belum ada jadwal pasti, tetapi bisa terjadi segera," ujar Trump kepada wartawan pada Minggu (16/2/2025).

"Kita lihat saja nanti," tambahnya saat ditanya apakah pertemuan bisa berlangsung bulan ini.

Pernyataan Trump muncul setelah Menteri Luar Negeri (Menlu) AS, Marco Rubio sebelumnya menegaskan perang di Ukraina tidak akan berakhir dalam waktu singkat. Namun, Trump tetap optimistis bahwa Putin ingin menghentikan konflik.

"Mereka (Rusia) punya mesin perang yang kuat, kita tahu itu. Mereka pernah mengalahkan Hitler dan Napoleon. Mereka telah berperang sejak lama," ujar Trump.

Baca juga: Menlu AS dan Ukraina Bahas Upaya Diplomasi Akhiri Konflik

"Tapi saya pikir, dia (Putin) ingin menghentikan pertempuran," imbuhnya.

Saat ditanya apakah Putin berencana merebut seluruh wilayah Ukraina, Trump mengaku sudah menanyakan hal tersebut kepada pemimpin Rusia. Ia pun menyatakan skenario itu akan menjadi "masalah besar bagi kami."

AS dan Rusia Bertemu di Arab Saudi

Sementara itu, Rubio mengatakan Putin sempat menyatakan keinginannya untuk berdamai dalam sambungan telepon dengan Trump pekan lalu.

Namun, ia menegaskan pembicaraan awal tidak bisa langsung menyelesaikan konflik yang kompleks.

"Satu panggilan telepon tidak akan membawa perdamaian. Satu pembicaraan tidak akan menyelesaikan perang sebesar ini," tutur Rubio dalam wawancara dengan CBS Face the Nation.

Baca juga: Eropa Perkuat Komitmen terhadap Ukraina di Tengah Negosiasi Global

Ia menambahkan detail pertemuan AS-Rusia di Riyadh, termasuk delegasi yang akan hadir, masih dalam tahap finalisasi.

"Kami siap mengikuti arahan presiden untuk mencari jalan menuju perdamaian, jika peluang itu benar-benar ada," ujarnya.

Kekhawatiran Eropa dan Ukraina

Upaya diplomasi Trump dengan Rusia memicu kekhawatiran di Eropa dan Ukraina.

Beberapa pihak khawatir Washington akan menyetujui perjanjian damai yang mengorbankan sebagian wilayah Ukraina tanpa konsultasi dengan Kyiv atau sekutu Eropa.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan negaranya tak bakal menerima kesepakatan yang dibuat tanpa keterlibatan langsung Ukraina.

Baca juga: Rusia Tolak Tawaran Tukar Kursk dengan Ukraina

"Ini adalah perang kami, terhadap kami, dan ini menyangkut nyawa rakyat kami," ujar Zelenskyy dalam konferensi keamanan di Muenchen, Jumat (14/2/2025).

Di sisi lain, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, memperingatkan bahaya pendekatan Trump yang terlalu lunak terhadap Rusia.

Kallas membandingkan situasi terkini dengan kesepakatan Muenchen 1938, yang memberikan wilayah Sudetenland kepada Nazi Jerman sebagai upaya pencegahan perang—tetapi justru gagal.

"Kita pernah berada di situasi ini sebelumnya. Cekoslowakia, 1938. Ada agresor yang ingin mengambil wilayah yang bukan miliknya, sementara negosiator sudah memberikan konsesi bahkan sebelum pembicaraan dimulai," jelasnya.

Eropa Gelar Pertemuan Darurat

Para pemimpin Eropa akan berkumpul di Paris pada Senin (17/2/2025) dalam pertemuan darurat untuk membahas situasi di Ukraina dan masa depan keamanannya.

Baca juga: Serangan Rusia Rusak Fasilitas Gas Ukraina di Poltava

Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Inggris, Keir Starmer menyatakan kesiapannya mengirim pasukan ke Ukraina jika ada kesepakatan damai.

"Saya tidak mengatakannya dengan enteng. Tetapi membantu menjamin keamanan Ukraina berarti menjaga keamanan Eropa dan Inggris juga," tulis Starmer dalam Daily Telegraph.

Ia menegaskan akhir perang tidak boleh menjadi jeda sementara sebelum Putin kembali menyerang.

"Kesepakatan damai harus memastikan bahwa perang ini benar-benar berakhir, bukan sekadar istirahat sementara," pungkasnya.

Upaya diplomasi antara AS dan Rusia di Arab Saudi menandai babak baru dalam perang Ukraina.

Meski Trump yakin Putin ingin menghentikan konflik, kekhawatiran dari Ukraina dan Eropa menunjukkan jalan menuju perdamaian masih panjang dan penuh tantangan.

Sumber: Al Jazeera

Penulis :
Khalied Malvino
Editor :
Muhammad Rodhi