Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Demi Palestina, Pimpinan Hamas Ismail Haniyeh Siap Bertemu Presiden Abbas di Mana Saja

Oleh Widji Ananta
SHARE   :

Demi Palestina, Pimpinan Hamas Ismail Haniyeh Siap Bertemu Presiden Abbas di Mana Saja

Pantau.com - Pemimpin HAMAS Ismail Haniyeh menegaskan kesediaannya untuk bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk membahas situasi internal. Ia mengatakan menerima pertemuan tersebut dilaksanakan di mana saja.

Pernyataan Haniyeh dikeluarkan dalam satu pidato selama festival yang diselenggarakan oleh HAMAS di Kota Gaza untuk merayakan ulang tahun ke-31 berdirinya gerakan tersebut. Ribuan orang menghadiri kegiatan itu.

Pemimpin HAMAS tersebut menegasikan kesiapan gerakannya untuk mematuhi setiap ketentuan untuk memulihkan persatuan nasional Palestina dan mengakhiri perpecahan.

Baca juga: Israel Tembakkan Gas Air Mata ke Warga Palestina, Nablus Bergejolak Lagi

Pemimpin HAMAS itu juga menyampaikan kesediannya gerakannya untuk menyelenggarakan pemilihan umum, baik pemilihan presiden maupun pemilihan anggota Parlemen, demikian laporan Kantor Berita Anadolu.

Pada November, delegasi dari HAMAS dan Fatah, pimpinan Presiden Mahmoud Abbas, mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Mesir di Kairo mengenai diakhirinya perpecahan di kalangan Palestina.

Pembicaraan tersebut adalah satu daru puluhan babak pembicaraan di Ibu Kota Mesir, Kairo, dan beberapa ibu kota negara Arab-- antara HAMAS dan Fatah sejak awal perpecahan Palestina pada 2007, tapi pembicaraan itu belum membuahkan hasil.

Baca juga: Selamatkan Palestina, Pemimpin Hamas Serukan Aliansi

Dalam konteks lain, Haniyeh mengatakan Brigade Al-Qassam, sayap militer HAMAS, merebut "harta keamanan" selama operasi gagal militer Israel di Jalur Gaza, tapi ia tidak memberi perincian lain.

Pada 11 November, Brigade Al-Qassam mengumumkan mereka telah mendapati penyusupan pasukan militer Israel ke dalam Khan Younis di bagian timur Jalur Gaza, dan menewaskan seorang perwira dalam bentrokan dengan pasukan tersebut.

Operasi yang gagal itu mengakibatkan peningkatan ketegangan di Jalur Gaza, yang menewaskan tujuh orang Palestina.

Penulis :
Widji Ananta