
Pantau - Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyampaikan bahwa blokade Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza sejak 2 Maret 2025 telah memperparah krisis kemanusiaan, terutama bagi perempuan dan anak-anak.
Krisis Kemanusiaan Akibat Blokade
UNRWA mengungkapkan pada Jumat, 2 Mei 2025, bahwa pembatasan ketat oleh Israel telah menyebabkan penurunan drastis dalam kondisi hidup masyarakat Gaza.
Blokade yang sudah berlangsung selama dua bulan ini mencegah masuknya kebutuhan esensial seperti makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan.
"Dengan setiap hari yang berlalu, pengepungan ini secara diam-diam akan membunuh lebih banyak anak-anak dan perempuan, selain mereka yang tewas akibat pengeboman," kata UNRWA dalam pernyataannya.
UNRWA menyebut tindakan ini sebagai bentuk hukuman kolektif terhadap warga sipil, termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia.
Seruan untuk Mengakhiri Blokade
UNRWA mendesak Israel untuk segera membuka perlintasan dan memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan yang mendesak bagi warga Gaza.
Organisasi ini juga kembali menyerukan pembebasan semua sandera yang ditahan sejak konflik kembali pecah pada Oktober 2023.
"Saatnya menunjukkan kita belum sepenuhnya kehilangan rasa kemanusiaan," ujar UNRWA menekankan pentingnya tindakan segera.
Israel menghentikan semua pengiriman pasokan ke Gaza sejak berakhirnya fase pertama kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas pada Januari 2025.
Fase kedua kesepakatan hingga kini belum bisa dijalankan karena tidak tercapai kesepakatan antara kedua pihak.
Pada 18 Maret 2025, Israel kembali melanjutkan operasi militer intensif di Jalur Gaza.
Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa hingga Kamis, 1 Mei 2025, sedikitnya 2.326 warga Palestina tewas dan 6.050 lainnya terluka akibat serangan terbaru ini.
- Penulis :
- Balian Godfrey