
Pantau - Hamas menegaskan bahwa satu-satunya opsi yang tersisa bagi Israel untuk membebaskan tawanan adalah melalui kesepakatan pertukaran berdasarkan syarat dari kelompok perlawanan Palestina tersebut.
Kelompok Hamas menyatakan bahwa kegagalan Israel dalam operasi militer untuk membebaskan tawanan di Gaza membuktikan ketidakmampuan Tel Aviv dan mempertegas bahwa jalur diplomasi adalah satu-satunya solusi yang tersisa.
"Satu-satunya jalan yang tersisa adalah melanjutkan kesepakatan pertukaran tawanan berdasarkan syarat dan keinginan perlawanan — yaitu kesepakatan yang menjamin hak-hak nasional dan kemanusiaan sepenuhnya, terutama mencakup penghapusan blokade dan penghentian kebijakan kelaparan massal," ungkap Hamas melalui pernyataan resminya.
Negosiasi Masih Berlangsung dengan Dukungan Internasional
Negosiasi tidak langsung antara Hamas dan Israel masih berlangsung di Doha, Qatar, dengan mediasi dari Qatar dan Mesir serta dukungan Amerika Serikat.
Media Israel Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan kepada lingkaran dalamnya bahwa delegasi Israel akan tetap berada di Doha hingga tercapai kesepakatan mengenai pertukaran tawanan dan gencatan senjata.
Hamas menyebut bahwa kegagalan operasi militer Israel di Gaza mencerminkan kegagalan menyeluruh Tel Aviv dalam menghadapi perlawanan.
Tuduhan Kejahatan Perang dan Krisis Kemanusiaan
Dalam pernyataannya, Hamas menggambarkan perang yang sedang berlangsung sebagai "pertempuran bersejarah" dan "titik balik strategis" yang telah mengungkap kelemahan militer Israel dan membongkar berbagai kejahatan seperti pembunuhan, kelaparan, dan genosida.
Hamas menekankan bahwa meskipun Israel menggunakan kelaparan dan pengepungan sebagai senjata, semangat rakyat Palestina tetap tak tergoyahkan.
Kelompok tersebut menyebut kebijakan kelaparan Israel sebagai "kejahatan yang disengaja terhadap kemanusiaan" dan menyerukan partisipasi internasional untuk menghentikan kekejaman tersebut.
"Makanan digunakan oleh Israel sebagai senjata perang untuk menaklukkan rakyat yang tetap teguh," tegas Hamas, sembari mendesak komunitas internasional agar bertindak untuk menyelamatkan ratusan ribu warga sipil yang kelaparan dan terkepung.
Situasi Terkini di Gaza dan Proses Hukum Internasional
Sejak 7 Oktober 2023, militer Israel terus menolak seruan internasional untuk gencatan senjata dan melancarkan serangan udara dan darat yang intensif di Jalur Gaza.
Akibat serangan ini, hampir 59.000 warga Palestina telah tewas, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Pengeboman tiada henti juga telah menyebabkan kehancuran infrastruktur Gaza, kelangkaan makanan, dan meningkatnya penyebaran penyakit.
Pada November 2024 lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait dengan tindakannya dalam konflik di Gaza.
Sumber: Anadolu
- Penulis :
- Leon Weldrick