Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Dokter Internasional Laporkan Pola Luka Tembak Mencurigakan pada Anak-Anak di Gaza

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Dokter Internasional Laporkan Pola Luka Tembak Mencurigakan pada Anak-Anak di Gaza
Foto: (Sumber: Warga yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina membawa alat makan saat mengikuti aksi long march saat hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (27/7/2025). Aksi yang diikuti ratusan warga tersebut mengecam dampak kelaparan dan kekerasan terhadap anak-anak yang menjadi korban agresi militer Israel di Gaza. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/rwa.)

Pantau - Para dokter internasional yang bekerja di Gaza melaporkan adanya pola luka tembak mencurigakan pada anak-anak korban konflik.

Temuan Dokter dan Pola Luka

Investigasi harian Belanda de Volkskrant mewawancarai 17 dokter dan seorang perawat dari AS, Inggris, Australia, Kanada, dan Belanda yang bertugas di enam rumah sakit dan empat klinik di Gaza sejak Oktober 2023.

Lima belas dokter menyatakan menangani sedikitnya 114 anak berusia 15 tahun ke bawah dengan luka tembak tunggal di kepala atau dada, mayoritas di antaranya meninggal dunia.

Kasus-kasus tersebut terjadi antara akhir 2023 hingga pertengahan 2025.

Dokter bedah trauma asal AS, Feroze Sidhwa, melaporkan menemukan empat bocah di bawah 10 tahun dengan luka tembak di kepala hanya dalam 48 jam pertamanya di Gaza pada Maret 2024.

Dalam 13 hari berikutnya, ia kembali menemukan sembilan kasus serupa.

Pola luka yang seragam dinilai kecil kemungkinan terjadi secara kebetulan.

Pakar forensik menilai kondisi ini lebih menunjukkan adanya tembakan terarah, kemungkinan berasal dari penembak jitu atau drone.

Respons Israel dan Situasi di Lapangan

Israel membantah tuduhan bahwa pasukannya sengaja menargetkan warga sipil, termasuk anak-anak.

Sementara itu, PBB melaporkan sejak Maret 2025 Israel telah menolak lebih dari 100 tenaga kesehatan internasional masuk ke Gaza tanpa penjelasan rinci.

Para dokter yang bertugas mengaku menghadapi dilema moral, namun menegaskan bahwa diam bukan lagi pilihan.

Penulis :
Aditya Yohan