Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Pameran Maritim Asia Timur 2025 Tampilkan Keberhasilan Kerja Sama Kelautan Indonesia–China

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Pameran Maritim Asia Timur 2025 Tampilkan Keberhasilan Kerja Sama Kelautan Indonesia–China
Foto: (Sumber: Para pengunjung menghadiri Pameran Maritim Asia Timur 2025 diselenggarakan dari 7 hingga 9 September di Qingdao, sebuah kota pesisir di Provinsi Shandong, China timur. Acara tersebut menampilkan lima zona pameran yang meliputi pencapaian pengembangan kelautan, biomedis kelautan, teknologi dan peralatan kelautan, serta komoditas kelautan internasional, yang menarik lebih dari 450 perusahaan dan institusi. ANTARA/Xinhua.)

Pantau - Pameran Maritim Asia Timur 2025 resmi diselenggarakan di Qingdao, China timur, pada 7–9 September 2025, dengan menampilkan kolaborasi strategis antara Indonesia dan China dalam bidang ilmu kelautan sebagai salah satu sorotan utama.

Pameran ini terbagi dalam lima zona utama, yakni pencapaian pengembangan kelautan, biomedis kelautan, teknologi dan peralatan kelautan, serta komoditas kelautan internasional.

Lebih dari 450 perusahaan dan institusi dari berbagai negara turut berpartisipasi.

Kolaborasi Ilmiah Indonesia–China Jadi Sorotan

Salah satu fokus utama pameran adalah pameran gabungan bertajuk “Pencapaian Kerja Sama Ilmu Kelautan China–Indonesia” dan “Pencapaian Pengembangan Kelautan Shandong.”

Pameran tersebut digelar dalam rangka memperingati 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia–China serta menegaskan visi bersama membangun komunitas maritim dengan masa depan berkelanjutan.

Rafidha Dh Ahmad Opier, mahasiswa doktoral di Ocean University of China dan staf Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) RI, turut hadir dalam acara ini dan menunjuk ke foto kolaborasi Indonesia–China di salah satu stan pameran.

"Lihat, itu saya! Saya tidak pernah menyangka akan menjadi saksi kerja sama antara Indonesia dan China di bidang maritim," ungkapnya.

Rafidha menekankan pentingnya pertukaran akademik sebagai bagian dari hubungan bilateral.

"Kedua negara memiliki sejarah panjang dalam pertukaran persahabatan, dan interaksi akademik selalu terjalin dengan erat. Secara khusus, kerja sama dalam penelitian ilmiah kelautan memainkan peran penting dalam memajukan hubungan bilateral," ujarnya kepada Xinhua.

Bailong Buoy, Stasiun Observasi, dan Penguatan Kapasitas SDM

Salah satu teknologi yang ditampilkan adalah Bailong Buoy, alat pemantau laut buatan China yang mampu mengirim data secara real-time ke sistem komunikasi global (Global Telecommunication System/GTS).

Sepuluh Bailong Buoy telah ditempatkan bersama oleh China dan Indonesia di wilayah strategis Samudra Hindia timur untuk mendukung:

  • Prediksi musim monsun
  • Mitigasi bencana
  • Perlindungan ekologi laut

Selain itu, enam stasiun observasi kelautan bersama telah dibangun dalam tiga kategori, dan ratusan pelayaran riset kolaboratif telah dilakukan.

Data yang dikumpulkan mencakup berbagai aspek kelautan, seperti:

  • Hidrologi
  • Meteorologi
  • Geologi
  • Biokimia

Kerja sama ini juga menghasilkan manfaat konkret melalui penguatan sumber daya manusia (SDM) kelautan.

Lebih dari 1.000 profesional telah dilatih melalui pelatihan lapangan, pertukaran jangka pendek, dan program gelar, termasuk para penerima Beasiswa Kelautan China.

"Semakin banyak orang yang dapat mendedikasikan diri mereka pada ilmu kelautan, semakin kuat pula kekuatan gabungan kita. Saya yakin kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi pada akhirnya akan mendukung pembangunan ekonomi dan sosial serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tambah Rafidha.

Dampak Nyata hingga ke Masyarakat Lokal

Kerja sama maritim Indonesia–China juga membawa dampak langsung ke masyarakat.

Di Cilacap, Jawa Tengah, teknologi dari China telah dimanfaatkan untuk:

  • Menanam dan melindungi mangrove
  • Mengembangkan ekowisata
  • Meningkatkan penghidupan masyarakat
  • Menjaga kelestarian lingkungan

Kemitraan ini difasilitasi oleh pemerintah China melalui sinergi antara perusahaan, kebijakan, dan teknologi kedua negara.

"Ketika saya kembali ke Indonesia, selain melanjutkan penelitian kelautan, saya akan membagikan pengalaman saya di China kepada teman-teman saya, sehingga mereka dapat lebih memahami negara ini (China)," ucap Rafidha.

Dukungan ASEAN-China untuk Tata Kelola Laut yang Kolaboratif

Sekretaris Jenderal Pusat ASEAN–China, Shi Zhongjun, menyatakan bahwa negara-negara ASEAN dan China, termasuk Indonesia, dapat memperkuat riset bersama dalam bidang:

  • Pemanfaatan sumber daya
  • Perlindungan laut
  • Eksplorasi kelautan
  • Mitigasi bencana

Shi menekankan pentingnya membangun sistem pengelolaan laut secara kolaboratif guna menghadapi tantangan bersama di masa depan.

Penulis :
Ahmad Yusuf
Editor :
Tria Dianti