
Pantau - Pemerintah China menegaskan akan melawan ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang berencana mengenakan tarif 50-100 persen terhadap Beijing karena tetap membeli minyak dari Rusia.
Respons Keras dari Beijing
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian menyatakan bahwa kerja sama energi dengan Rusia sepenuhnya sah dan sesuai hukum.
"China sepenuhnya sah dan sesuai hukum untuk melakukan kerja sama ekonomi, perdagangan, dan energi dengan semua negara, termasuk Rusia. Apa yang dilakukan AS merupakan langkah unilateralisme, intimidasi, dan pemaksaan ekonomi," ungkap Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Senin (15/9).
Ia menilai ancaman tarif tersebut berpotensi mengganggu sistem perdagangan global.
"Hal itu secara serius mengganggu aturan perdagangan internasional dan mengancam keamanan serta stabilitas rantai industri dan pasokan global. Fakta telah membuktikan bahwa pemaksaan dan tekanan tidak memenangkan hati dan pikiran, apalagi menyelesaikan apa pun," tegasnya.
Lin Jian juga menegaskan sikap negaranya terkait krisis Ukraina.
"China, sejak awal, telah memegang posisi yang objektif dan adil serta mendorong perundingan perdamaian," tambahnya.
Ia memperingatkan bahwa Beijing siap mengambil langkah balasan jika kepentingan nasionalnya dirugikan.
"Jika hak dan kepentingan sah China dirugikan, China akan dengan tegas mengambil tindakan balasan untuk melindungi kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan kami," kata Lin Jian.
Ancaman Trump kepada NATO dan Dunia
Ancaman tarif diumumkan Trump melalui unggahan di platform Truth Social pada Sabtu (13/9) dengan judul: "SURAT YANG DIKIRIM OLEH PRESIDEN DONALD J. TRUMP KEPADA SEMUA NEGARA NATO DAN DUNIA".
"Saya siap untuk menjatuhkan sanksi berat terhadap Rusia ketika semua negara NATO telah setuju, dan mulai untuk melakukan hal yang sama, dan ketika semua negara NATO BERHENTI MEMBELI MINYAK DARI RUSIA," tulis Trump.
Ia bahkan mengusulkan agar NATO secara kolektif memberlakukan tarif besar terhadap China.
Trump menilai bahwa Beijing memiliki peran dominan dalam menopang ekonomi Rusia.
Menurutnya, langkah tarif 50-100 persen dapat mematahkan "cengkeraman" China terhadap Moskow.
Trump juga mengkritik komitmen NATO terhadap Rusia yang menurutnya "jauh di bawah 100 persen" serta menyebut pembelian minyak oleh beberapa pihak sebagai hal yang "mengejutkan."
"Ini bukan PERANG TRUMP (ini tidak akan pernah dimulai jika saya Presiden!), ini PERANG Biden dan Zelenskyy. Saya di sini hanya untuk membantu menghentikannya, dan menyelamatkan ribuan warga Rusia dan Ukraina," tulis Trump.
Latar Belakang Konflik Minyak Rusia
Sejak perang Ukraina meletus pada 2022, negara-negara G7 dan Uni Eropa telah memutuskan hubungan dagang dan menetapkan batas harga untuk minyak Rusia.
Sebagai respons, Moskow meningkatkan penjualan minyak ke China dan India.
Trump sebelumnya telah mengancam sanksi sekunder terhadap negara yang masih membeli minyak Rusia.
Ia bahkan sudah mengenakan tarif tambahan sebesar 25 persen pada barang-barang asal India dengan alasan impor energi dari Rusia yang berlanjut.
Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara telah berkomitmen untuk menghentikan seluruh impor bahan bakar fosil Rusia pada 2028.
- Penulis :
- Leon Weldrick