billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Bahaya! Bermental Miskin di Depan Anak, Bisa Hambat Kesuksesan

Oleh Annisa Indri Lestari
SHARE   :

Bahaya! Bermental Miskin di Depan Anak, Bisa Hambat Kesuksesan

Pantau - Pakar parenting Amy Morin, melalui bukunya yang bertajuk "13 Things Mentally Strong Parents Don't Do", mengungkap salah satu ucapan toksik yang tak disadari bisa berdampak buruk terhadap anak adalah kalimat yang menyiratkan mental miskin.


Jika anak menginginkan sesuatu yang sangat mahal, jangan bersikeras mengatakan bahwa barang tersebut tidak akan pernah bisa dibeli karena keuangan orang tua yang terbatas. Sebaliknya, tunjukkan kepada anak bahwa orang tua bisa mengelola keuangan untuk mendapatkannya.


Menurut Morin seperti dikutip dari Forbes, dibandingkan kalimat "Ayah dan Bunda enggak bakal bisa beli rumah besar untuk kita," lebih baik Anda berkata "Ayah dan Bunda mau membeli rumah besar untuk kita suatu hari nanti, tapi enggak bisa sekarang karena uangnya belum cukup. Ayah dan Bunda mau mengembangkan keterampilan di tempat kerja dulu biar bisa dapat kenaikan gaji dan menabung,".


Bila orang tua menggunakan kalimat mengelola keuangan yang cerdas, secara tidak langsung anak akan tumbuh dengan memahami jika mereka menginginkan sesuatu, mereka harus menabung dan menyusun skala prioritasnya. Itu merupakan salah satu modal yang dibutuhkan anak agar bisa tumbuh sukses di masa depan. 


Sebaliknya, orang tua yang menggunakan kalimat bermental miskin, secara tidak langsung menyebabkan anak tumbuh dengan mentalitas korban atau percaya bahwa mereka tidak bisa berhasil.


Cara orang tua mendidik anak dan cara kita berperilaku dalam menjalani keseharian akan sangat berpengaruh kepada kepribadiannya.


Jadi apa saja yang anak-anak butuhkan untuk menjadi seseorang yang dapat bergantung pada dirinya sendiri, bertanggung jawab, dan bahagia di kehidupan mendatang?


1. Menjadikan anak memiliki mental yang kuat


Caranya memberikan dukungan dan kepercayaan kepada mereka untuk menghadapi tantangan hidup. Jangan perlakukan mereka seperti korban dari sebuah keadaan, tetapi anggaplah mereka sedang berusaha untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka.


2. Tidak membiarkan anak menghindari kewajiban.


Biarkan mereka menghadapi konsekuensi dari setiap perbuatan mereka alih-alih menyalahkan orang lain atas hal buruk yang terjadi.


3. Ajarkan anak untuk memilih true thoughts dan jauhi blue thoughts


Ketika anak memiliki blue thoughts, mereka cenderung menyalahkan orang lain, melihat dan mencari sisi buruk dari seseorang ataupun kejadian. Sementara dengan true thoughts anak dapat menjalankan kewajiban, dapat mengambil langkah, selalu melihat dan mencari sisi baik dari hidup.


4. Ajari anak cara yang sehat menghadapi rasa rersalah dan takut


Rasa bersalah membuat orang tua mudah untuk mengikuti apa kemauan anak-anak, meskipun mereka tahu bahwa keinginan ini berefek buruk untuk mereka, hanya untuk menghindari rasa bersalah sesaat.


5. Buat batasan yang jelas dan tegas agar anak tidak berbuat semena-Mena
Banyak orang tua yang memperlakukan anaknya bagaikan seorang raja ataupun ratu dengan memberikan perhatian yang berlebihan.


Penulis :
Annisa Indri Lestari