
Pantau - Rebecca Roberts, mengandung anak kembarnya dengan jarak beberapa minggu. Dia terkejut ketika bayi kedua ditemukan selama USG 12 minggu, yang berukuran tiga minggu lebih muda dari yang diidentifikasi oleh dokter.
Roberts akhirnya harus menjalani induksi karena masalah tali pusar bayi yang lebih kecil. Dia melahirkan seorang putra, Noah, pada usia 33 minggu, dan putri Rosalie pada usia 30 minggu.
Sementara itu di kasus lainnya, Cara Winhold, setelah mengalami tiga kali keguguran, melahirkan dua bayi yang menurut dokter memiliki selisih usia sekitar seminggu, karena bayi kedua tampak lebih kecil. Perhitungan Winhold sangat akurat karena dia menggunakan aplikasi pelacakan ovulasi, sehingga dia tahu dengan pasti kapan bayi pertama dikandung.
Bayi pertama ini teridentifikasi dalam USG lima minggu. Kemudian, dia dan suaminya berhubungan pada minggu berikutnya ketika mereka mengira ovulasi telah selesai.
Fenomena yang terjadi pada dua wanita hamil itu dikenal sebagai superfetasi. Namun, apa sebenarnya superfetasi, apa penyebabnya, dan apakah ibu hamil perlu khawatir?
Seorang spesialis infertilitas dan bedah reproduksi di Mayo Clinic, dr Samir Babayev menjelaskan superfetasi adalah fenomena sangat langka, di mana seorang wanita hamil untuk kedua kalinya dengan janin lain, padahal sudah hamil dengan satu janin.
"Intinya, dua kehamilan terjadi secara paralel, meskipun pada tahap perkembangan kehamilan yang berbeda,” kata dr Babayev, dilansir Yahoo Life, Selasa (14/11/2023).
Seorang ilmuwan PhD dan pendiri perusahaan diagnostik kesuburan Proov, Amy Beckley, menjelaskan superfetasi terjadi ketika kehamilan terjadi pada wanita yang sudah hamil. Bayi-bayi ini memiliki usia kehamilan yang berbeda, karena bayi kedua dikandung beberapa minggu setelah bayi pertama.
Semua ahli yang diwawancarai menyatakan bahwa superfetasi sangat langka pada manusia. Seorang obgyn dan kepala petugas medis di penyedia telehealth Alpha, dr Mary T Jacobson mengatakan bahwa ada kurang dari 10 kasus superfetasi yang dijelaskan dalam literatur.
Menurut seorang ahli endokrinologi reproduksi, spesialis infertilitas dan obgyn, Erkan Buyuk, terdapat laporan dugaan superfetasi terjadi pada kehamilan hasil fertilisasi in vitro (IVF). Namun, pada kasus seperti Fletcher, Roberts, dan Winhold, mereka tidak menggunakan teknologi reproduksi berbantuan.
Bagaimana Superfetasi Terjadi?
Untuk terjadi superfetasi, seorang wanita perlu ovulasi kembali, yang jarang terjadi karena kadar hormon progesteron yang tinggi selama kehamilan mencegah ovulasi. Dalam kasus superfetasi, ovulasi terjadi dalam siklus berikutnya setelah terjadinya kehamilan, dan sperma melakukan perjalanan ke tuba falopi, melewati kehamilan yang sudah ada, dan membuahi sel telur yang telah berovulasi. Embrio yang terbentuk kemudian melakukan perjalanan kembali ke rahim dan tertanam, meskipun sudah ada kehamilan sebelumnya.
Ketika superfetasi terjadi, persalinan berlangsung seperti persalinan kehamilan kembar biasa. Biasanya, usia bayi cukup dekat sehingga mereka dapat berkembang sepenuhnya dan lahir dalam keadaan sehat.
Namun, ibu yang mengalami superfetasi memiliki risiko lebih tinggi menjalani operasi caesar karena kehamilan kembar memiliki risiko yang lebih tinggi. Juga, penyedia layanan kesehatan mungkin merekomendasikan operasi caesar terencana untuk meningkatkan peluang persalinan yang sehat bagi kedua bayi tanpa komplikasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan maturitas antara bayi pertama dan bayi kedua.
- Penulis :
- Annisa Indri Lestari