Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Menitipkan Anak di Daycare Berujung Penganiayaan: Bagaimana Peran Ideal dalam Mengasuh Anak

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Menitipkan Anak di Daycare Berujung Penganiayaan: Bagaimana Peran Ideal dalam Mengasuh Anak
Foto: Ilustrasi (Freepik)

Pantau - Kekerasan pada anak kembali menjadi perbincangan hangat masyarakat saat kasus kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh owner daycare sekaligus influencer parenting berinisial MI, di Daycare Wensen School, Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat mencuat dan dilaporkan pada 24 Juli 2024.

MI diduga telah melakukan penganiayaan dan kekerasan, dengan memukul, menendang, dan penusukan kepada balita berusia 2 tahun yang menjadi klien dari daycare itu sendiri. Hal tersebut diketahui setelah orang tua korban mendapatkan rekaman CCTV dari pengasuh lainnya dan menemukan bahwa anaknya mendapatkan kekerasan berupa beberapa pukulan di tubuh. Korban ditendang hingga terjatuh, tersungkur, bahkan ditusuk di bagian punggung.

"Setelah kami cek, bahwa memang ada bukti CCTV-nya. Tanggal 10 Juni 2024, itu anak saya mendapatkan kekerasan berupa pemukulan di beberapa bagian tubuh, lalu ditendang perutnya sampai dia jatuh sampai dia tersungkur, lalu juga ada ditusuk dibagian punggung," ungkap RD orang tua korban kepada wartawan di KPAI, Jakarta Pusat, Selasa (30/7/2024).

Baca juga: Heboh Kasus Penganiayaan, Begini Tips Pilih Daycare yang Aman

Berdasarkan penyidikan yang dilakukan, Kapolres Metro Depok, Kombes Pol Arya mengatakan motif MI melakukan penaniayaan serta kekerasan tersebut lantaran anak tersebut rewel dan nakal.

"Kita masih berkutik pada motif yang kemarin. Beliau yang katanya anaknya rewel sama nakal," pada selasa, (6/8/2024).

Jadi menurut pernyataan yang disampaikan oleh Kombes Pol Arya, bahwasanya Pelaku mengaku kesal karena korban rewel dan nakal, sehingga hal tersebut menjadi awal MI tega melakukan kekerasan kepada korban.

Lantas bagaimana seharusnya peran seorang ibu dalam pengasuhan anak?

Dalam mengasuh seorang anak, sebagai seorang Ibu tentu terdapat tugas-tugas penting, yaitu sebagai teladan bagi anak, sebagai pendidik, dan sebagai pembina untuk anak (Shobariyah, 2019). Yuk simak lebih lanjut!

Baca juga: 5 Tips Parenting Terbaik untuk Orang Tua yang Sibuk Bekerja

Ibu Sebagai Teladan Bagi Anak

Seorang ibu dalam menyikapi sikap anak, serta saat mengarahkan anak harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Karena nggak bisa dipungkiri bahwa perilaku seorang ibu tentunya akan ditiru dan menjadi contoh bagi sang anak. Oleh karena itu, sebagai seorang ibu harus bisa mengontrol dan menjaga sikapnya untuk bisa menjadi teladan yang baik bagi anak, dan untuk membentuk kepribadian yang baik pada anak.

Ibu Sebagai Seorang Pendidik

Ibu sebagai pendidik yang dimaksud disini adalah ibu harus mampu mendidik anaknya dengan aspek-aspek yang baik sejak masih dini, seperti mengajarkan anak untuk memiliki budi pekerti yang baik, mencontohkan tingkah laku yang baik didepan sang anak, mengajarkan sikap penyabar, sopan, serta lembut dalam berbicara agar kelak sang anak dapat memiliki kepribadian yang tangguh dan baik.

Ibu Sebagai Pembina Untuk Anak

Dalam membina anak, tentu seorang ibu merupakan sosok yang pertama kali dikenali oleh anak, dimana dalam hal ini ibu sebagai pembina bagi anak, dapat memberikan arahan-arahan atau bimbingan kepada anak. Tujuannya adalah untuk mampu membina anak agar memiliki kepribadian yang baik.

Baca juga: Psikolog: Salah Satu Cara Berdamai dengan Inner Child adalah Re-Parenting

Pola Asuh Seperti Apa yang Harus Diterapkan Seorang Ibu?

Selain tugas-tugas penting yang telah disampaikan, tentu perlu adanya pemahaman akan pola asuh yang diterapkan oleh sang Ibu. Pola asuh sendiri adalah cara atau gaya orang tua dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya.

Menurut Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim, M. Psi., Psikolog. Yang akrab disapa Bunda Romy, dalam laman psikologi.ui.ac.id menjelaskan, “Pola asuh merupakan pendekatan dalam mengasuh anak yang diterapkan orang tua secara konsisten dari waktu ke waktu. Pola asuh memberikan kontribusi terhadap kompetensi sosial, emosional, dan intelektual anak.”

Belakangan ini terdapat pola asuh baru yang muncul, setelah Sarah Ockwell-Smith menerbitkan buku yang berjudul “The Gentle Parenting”. Gentle Parenting sendiri adalah pola asuh yang berfokus pada empati, rasa hormat, pengertian, dan batasan yang sehat.

“Pola asuh Gentle Parenting memiliki kemiripan dengan dengan pola asuh Authoritative atau Demokratis.” Ucap Bunda Romy.

Baca juga: Kenali Teknik Parenting yang Baik untuk Gen Z Menurut Para Ahli

Menurut Bunda Romy Berdasarkan derajat kehangatan orang tua dengan anak dan kontrol orang tua terhadap anak, terdapat empat jenis pola asuh. Keempat pola asuh tersebut efektif untuk diterapkan, namun pada situasi dan kondisi yang tepat.

Bunda Romy juga menyarankan untuk orang tua menggunakan berbagai pola asuh secara bergantian yang disesuaikan terhadap situasi dan kondisi yang dialami. Jadi apa saja empat pola asuh tersebut?

Pola Asuh Authoritarian (Otoriter)

Pada pola asuh ini, orang tua berperan mendominasi atau menjadi “Bos”. Dimana pada kondisi ini orang tua menunjukkan sikap yang kaku, penuh aturan, dan arahan. Pola asuh ini, di satu sisi cenderung membuat anak menjadi mudah cemas, kurang percaya diri, kurang komunikatif, sulit dalam membuat keputusan, membrontak, serta gampang sedih dan tertekan. Selain itu, pada sisi lain, pola asuh ini mampu membuat anak cenderung disiplin, mandiri, bertanggungjawab, dan idealis. 

Pola Asuh Authoritative (Demokratis)

Pada pola asuh ini, anak cenderung dibebaskan dalam berkreasi dengan tetap berada pada batasan dan pengawasan orang tua. Pola asuh ini, pada satu sisi cenderung mudah membantah karena semua butuh penjelasan yang jelas, Namun disisi lain, dapat membuat anak lebih ceria, menyenangkan kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orang tua, tidak mudah stres dan depresi, serta berprestasi baik.

Baca juga: Hati-hati! Ini Tanda Pola Asuh Helicopter Parenting, Biasanya Overprotektif Terhadap Anak

Pola Asuh Indulgent (Permisif)

Pada pola asuh ini, orang tua nggak banyak memberikan arahan, kemudian aturan yang diberikan cenderung tidak jelas, dan pada pola asuh ini anak-lah yang mendominasi (menjadi “Bos”). Pola asuh ini bisa membuat anak menjadi manja, kurang dewasa, kurang teratur, egois, mudah menyerah, tidak disiplin. Namun demikian, pola asuh ini juga berdampak lain, seperti anak menjadi percaya diri, kreatif, dan asertif.

Pola Asuh Uninvolved (Tidak Terlibat)

Pada pola asuh ini, orang tau cenderung berjarak dan memiliki batasan dengan anak. Namun walaupun demikian, orang tua tetap memperhatikan kebutuhan dari sang anak. Melalui pola asuh ini, anak cenderung kekanak-kanakan, harga diri kurang berkembang, kurang perhatian, terhambat dalam proses penyesuaian diri, namun cenderung menjadi pribadi yang spontan, dan berani mencoba.

Kemudian bagaimana dengan wanita karir yang tentunya memiliki kesibukan dengan dunia karirnya, sehingga waktu dengan anak akan terbagi. Tentu selain mencari Daycare yang terbaik, juga bisa mengikuti beberapa tips yang ada, yaitu :

  1. Prioritaskan dan rencanakan pembagian waktu yang fleksibel dengan tetap menyesuaikan dengan kebutuhan kerja dan keluarga. 
  2. Ciptakan ikatan yang kuat dengan waktu berkualitas dengan anak, komunikasih terbuka, dan menunjukkan secara langsung bentuk kasih sayang kepada anak. 
  3. Menjaga keseimbanagan, anatara kesehatan diri, ataupun waktu untuk sendiri karena hal tersebut berkaitan dengan mental diri sendiri yang dapat berdampak pada anak juga.
  4. Ajak anak untuk terlibat dalam kegiatan sehari-hari, dan selalu mencoba menjelaskan mengapa orang tua sibuk kepada anak.


Baca juga: 'Parenting' Ala Angelina Jolie, Tak Ingin Anaknya Bersikap Terlalu Sopan

Namun kembali lagi, dalam mengasuh anak nggak cuma perlu keterlibatan peran sang Ibu, melainkan peran ayah juga sama pentingnya. Karena seperti yang kita ketahui peran seorang ibu dalam pengasuhan anak sangatlah kompleks.

Para ahli telah menyebarkan banyak informasi mengenai pola asuh ataupun mendidik anak, namun balik lagi bahwa setiap ibu harus menemukan gaya pengasuhan yang paling sesuai untuk dirinya dan keluarganya.

Penting untuk diingat bahwa menjadi seorang ibu adalah sebuah perjalanan yang penuh tantangan, namun juga sangat bermanfaat. Dengan kasih sayang, kesabaran, dan dukungan, Anda pun bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anak Anda. Yang terpenting adalah memberikan kasih sayang, perhatian, dan dukungan yang cukup kepada anak Anda.

Laporan: Andea Muhammad Abhista Andikaputra

Penulis :
Latisha Asharani
Editor :
Latisha Asharani