
Pantau - Membuat status tentang kehidupan pribadi saat ini sudah menjadi hal biasa bagi sebagian orang. Bahkan, urusan sosial dan privasi pun kini semakin sulit dibedakan. Salah satu isu yang viral baru-baru ini adalah Instagram Story Rachel Vennya, yang memuat dugaan perselingkuhan antara istri pemain sepak bola Pratama Arhan, yakni Azizah Salsha, yang akrab disapa "Zize", dengan pacar Rachel, Salim Nauderer. Rachel Vennya diduga mengetahui bahwa Salim Nauderer dan Zize berselingkuh.
Isu perselingkuhan ini bermula ketika Rachel mengomentari salah satu foto Zize di Instagram pribadinya. Dalam komentarnya, Rachel memberikan emoji ular pada foto tersebut, dan pada saat yang sama, ia juga mengunggah foto bersama Zize dengan lagu bertema pengkhianatan.
Kasus ini merupakan salah satu contoh dari fenomena yang semakin sering terjadi akhir-akhir ini, di mana orang membuat status untuk mengungkapkan kehidupan pribadinya yang sedang mengalami masalah, seperti perselingkuhan dalam rumah tangga, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan lain-lain. Biasanya, hal ini dilakukan melalui aplikasi yang memiliki fitur sorotan (highlight), di mana setiap orang bebas berekspresi, berbagi cerita atau foto.
Berdasarkan kasus diatas, lalu bagaimana manfaat orang yang suka update status menurut psikolog?
Dilansir dari Kompas.com, Psikolog Sosial Hening Widyastuti menyampaikan bahwa ada berbagai manfaat dari update status, salah satunya dapat membuat perasaan lebih terasa lega, terutama update status yang bersifat curahan hati (curhat). Namun, jarang update status di media sosial juga memiliki manfaat juga. Dirinya menambahkan, secara psikologis jarang update status juga membuat batin lebih tenang karena menjaga kehidupan yang lebih privacy.
Baca juga: Sederet Informasi Kasus Dugaan Perselingkuhan Azizah Salsha
Kemudian, bagaimana karakter orang yang sering mengupdate status dan jarang mengupdate status menurut psikolog?
Dilansir dari kumparan.com, Ilmu psikolog banyak membahas karakter dan kebiasaan (behaviour) orang yang aktif di media sosial. Adapun karakter orang yang sering update status menurut psikolog. Diantaranya:
1. Ingin menunjukkan identitas
The New York Times menyebutkan bahwa sekitar 68% orang yang aktif di akun media sosialnya berniat ingin membagikan banyak hal kepada audiens. Mereka mau menunjukkan identitas dan memberitahu hal yang mereka sukai dan pedulikan.
2. Personal Branding
Journal of Experimental Social Psychology mengatakan bahwa personal branding di media sosial dapat menambah percaya diri seseorang.
3. Menjaga hubungan dengan audiens
Orang yang meng-update status kemungkinan besar ingin agar orang-orang terdekatnya melihat dan memahami keadaannya. Ia ingin orang terdekatnya tahu tentang kabarnya, terutama di era sekarang di mana banyak orang sibuk sehingga sulit untuk berkomunikasi secara langsung.
4. Menghilangkan Stress
Sebagian orang merasa bahwa dengan membagikan perasaan mereka di media sosial, mereka bisa merasa lebih baik. Hal ini dibuktikan melalui survei, di mana sekitar 43% responden mengatakan bahwa mereka merasa lebih jauh dari depresi, stres, dan kecemasan.
Baca juga: Dianggap Sebar Fitnah, Sejumlah Akun Medsos Dipolisikan Azizah Salsha
Selain dari karakter orang yang sering update status di media sosial, dilansir dari Liputan6.com, adapun karakter orang yang jarang update status di media sosial, di antaranya:
1. Mereka lebih senang menjaga hubungan langsung
Biasanya mereka lebih suka duduk sambil berkomunikasi langsung dengan orang terdekatnya dibanding hanya melalui chatting.
2. Mereka lebih sadar akan lingkungan sekitar mereka
Menjauh dari media sosial, membuat Anda dapat menjalani kehidupan dunia sebenarnya karena memperhatikan dunia sekitarnya.
3. Mereka orang yang tidak suka bersembunyi dibalik layar
Pernahkah Anda membuat status atau komentar yang sulit Anda katakan langsung? Orang yang tidak bergantung pada media sosial cenderung lebih percaya diri karena terbiasa mengungkapkan pendapat mereka secara langsung. Mereka mengandalkan komunikasi verbal, di mana orang lain akan mendengarkan, tanpa perlu melakukannya di media sosial.
4. Mereka menikmati momen yang dijalani saat ini
Salah satu contohnya adalah saat seseorang mengabadikan momen di konser. Di sisi lain, orang yang benar-benar menikmati konser tersebut lebih memilih untuk menyimpan ponselnya dan menikmati momen yang sedang dijalani.
(Laporan: Aulia Rahma)
- Penulis :
- Nur Nasya Dalila
- Editor :
- Nur Nasya Dalila