
Pantau.com - Mungkin tak banyak masyarakat yang tahu mengenai sakit vitiligo atau penyakit kulit yang diakibatkan tubuh kekurangan melanin sehingga muncul bercak putih susu pada kulit. Wajar saja, lantaran sebaran penyakit vitiligo berkisar 0,5- 2 persen di seluruh dunia.
Penyakit vitiligo sebenarnya tidak berisiko kematian juga tidak menular. Meski begitu, Dokter Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin, Dian Pratiwi, mengatakan bahwa penderita sakit vitiligo berisiko terkena depresi.
"Pasien vitiligo 5 kali lipat lebih mudah alami depresi dari yg tidak mengalami vitiligo," kata Dian dalam acara seminar media 'Vitiligo, Munculnya si Putih yang Tidak Diharapkan' di Jakarta, Rabu (20/11/2019).
Baca juga: Kafein pada Kopi Ternyata Mampu Kurangi Risiko Kanker Kulit
Depresi itu muncul karena rasa percaya diri yang berkurang akibat bercak vitiligo yang terdapat pada area kulit yang mudah terpapar sinar matahari.
Dian menjelaskan luas dan keparahan kehilangan warna kulit dari vitiligo tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi di bagian manapun dari kulit tubuh. Termasuk juga rambut dan selaput lendir misalnya bagian dalam mulut.
"Warna rambut dan kulit ditentukan oleh melanin. Vitiligo terjadi ketika sel-sel yang memproduksi melanin yaitu melanosit mati atau berhenti berfungsi. Biasanya perubahan warna pertama kali terlihat pada area yang terpapar sinar matahari seperti tangan, kaki, lengan, wajah, dan bibir," jelas Dian.
Baca juga: Asmara Abigail Sempat Alami Susah Lolos Casting karena Warna Kulit
Menurut Dian, penyebab pasti vitiligo belum sepenuhnya dipahami. Namun, dari banyak kasus di dunia menunjukan vitiligo terjadi lantaran kelainan metabolik, stres oksidatif, respon autoimun, dan faktor genetik.
Dia menyampaikan bahwa vitiligo bisa terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Bahkan anak bisa langsung mengalami vitiligo sejak lahir jika salah satu atau kedua orang tuanya mengalami sakit vitiligo.
- Penulis :
- Lilis Varwati