
Pantau.com - Polisi menangkap pengemudi Pajero arogan bernama Omega Kotutung (40) yang melakukan pemukulan kepada sopir truk kontainer, di Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Banten, Senin (28/6/2021).
Omega yang sudah menyandang status tersangka terbukti menggunakan pelat palsu QH. Dia melakukan hal tersebut untuk mengelabui petugas kepolisian dan terinspirasi dari media sosial untuk menggunakan pelat nomor palsu. Dia tahu kalau pelat nomor QH kerap digunakan oleh aparat penegak hukum.
"Ya dia kepikiran untuk menggunakan pelat itu setelah melihat media sosial, melihat aplikasi TikTok. Ada yang mengatakan bahwa pelat itu biasa digunakan oleh aparat, sehingga kemudian dia menggunakan plat itu untuk mengelabui petugas," kata Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Sambodo Purnomo Yogo kepada wartawan, Senin (28/6/2021).
Baca juga: Begini Tampang Omega Kotutung, Pengemudi Pajero Arogan Tersangka Pemukulan Sopir Kontainer
Omega mengakui telah melakukan pemukulan hingga perusakan kendaraan menggunakan alat stik karena terpancing emosi ketika bertemu di Jalan Yos Sudarso pada Sabtu 26 Juni 2021. "Saya melakukan pemukulan dan perusakan kendaraannya menggunakan alat stik, saya terpancing emosi," kata tersangka Omega.
Emosi tersangka muncul karena merasa sopir truk kontainer tersebut akan mencelakakan diri dan keluarganya yang saat itu berada dalam minibus yang dikendarai oleh tersangka.
Peristiwa pemukulan itu viral oleh tuduhan warganet bahwa pemukulan sopir truk dilakukan oleh oknum TNI karena mengenakan baju loreng hijau. Selain itu, mobil minibus warna hitam yang dikendarai tersangka bernomor polisi dengan buntut QH yang identik dengan pejabat kedinasan tertentu. Namun, ternyata bahwa pelat nomor mobil tersebut ternyata sudah dipalsukan. Adapun plat nomor asli dari minibus milik OK ialah B 1086 VJA.
Baca juga: Serang Warga dengan Golok, Polisi Tembak Mati ODGJ di Tangerang
Sedangkan seseorang memakai baju loreng mirip TNI dalam video bukan pelaku, melainkan sekuriti di salah satu gedung di lokasi yang justru menenangkan pelaku agar menghentikan tindakannya. Atas kejadian itu, TNI meminta semua warga untuk lebih hati-hati dalam berbicara di media sosial, terlebih, bicara hal yang belum tentu kebenarannya. “Kepada masyarakat agar tidak ceroboh dalam menyebutkan institusi TNI dalam unggahan video pada kejadian apa pun,” ujar Kepala Bidang Penerangan Umum Puspen TNI Kolonel Laut (KH) Edys Riyanto, dalam keterangannya secara terpisah.
rn- Penulis :
- Adryan N