
Pantau.com - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI), H. Firli Bahuri menyebut bahwa unsur dan nilai-nilai antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan formal ataupun non formal, akan mengakselerasi membuminya budaya antikorupsi di Bumi Pertiwi.
Hal ini Firli sampaikan dalam keterangan resminya sebagai Ketua KPK yang diterima pantaucom, Rabu (4/5) untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), sebuah momen penting yang menjadi salah satu hari bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Firli menyebut peringatan Hardiknas bukan hanya sekedar untuk mengenang jasa pahlawan pendidikan di masa lalu, namun makna dan esensi dari pengorbanan besar para pahlawan bagi bangsa dan negara patut kita ambil.
Menurutnya, pahlawan pendidikan telah membabat habis benih-benih kebodohan yang ditanamkan kaum penjajah pada ladang pemikiran bangsa Indonesia kala itu.
Tak lupa Firli menyebut Ki Hajar Dewantara, Tokoh sekaligus Pahlawan Pendidikan kita. Ia menyebut bahwa Ki Hajar Dewantara telah memberikan banyak tauladan akan pentingnya pendidikan bagi kehidupan dan kemajuan bangsa ini.
"Benar kata Tokoh sekaligus Pahlawan Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara, "Tak ada hukuman yang lebih menyedihkan dari terpenjara kebodohan."" katanya.
"Kebodohan adalah pangkal kemiskinan yang sangat erat kaitannya dengan kemaksiatan atau kebatilan. Hanya pendidikanlah, hal-hal buruk tersebut dapat diberantas tuntas sampai ke akar-akarnya," sambungnya.
Selaku ketua KPK, Firli menjelaskan bahwa KPK memandang pendidikan sebagai elemen yang sangat penting untuk mengakselerasi segenap daya upaya pemberantasan korupsi di NKRI.
Firli merasa pendidikan adalah jantung serta urat nadi dalam membangun pondasi dasar pembentukan karakter, serta integritas anak-anak bangsa bangsa sehingga memiliki ruh serta kepribadian antikorupsi di dalam dirinya.
Atas dasar itulah, kata Firli, KPK mengedepankan pendidikan sebagai salah satu 'national interest' dalam road map pemberantasan 2022-2045.
Ia membeberkan bahwa pada tahun 2045 nanti, akan menjadi tahun penting karena di tahun tersebut Indonesia akan menjadi lima kekuatan ekonomi dunia, namun dengan syarat Indonesia harus bersih dari korupsi.
Lebih lanjut, Firli menjelaskan bahwa pendidikan menjadi strategi pertama dari trisula pemberantasan korupsi di NKRI dalam Rencana Strategi Pemberantasan korupsi KPK tahun 2019 - 2024. Ini menjadi salah satu hal yang fundamental, disamping pencegahan dan penindakan yang merupakan core bussiness KPK.
Firli menjelaskan bahwa KPK akan menggunakan jejaring pendidikan formal hingga non formal mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga Peguruan Tinggi. Pihaknya telah memasukan unsur serta nilai-nilai pendidikan antikorupsi kepada anak-anak bangsa di republik ini, agar terbentuk paradigma baru dalam memandang korupsi bukanlah hal biasa, terbiasa apalagi dianggap sebagai budaya atau warisan kultur bangsa.
"Melalui strategi pendidikan, kita ingin membangun budaya dan peradaban bangsa Indonesia, yaitu Budaya dan peradaban antikorupsi," jelasnya.
"Unsur serta nilai-nilai antikorupsi yang ditanamkan kedalam setiap jenjang pendidikan di Indonesia, Insya Allah akan membentuk mindset dan budaya antikorupsi yang lambat laun menjadi peradaban generasi penerus bangsa di republik ini," tambahnya.
Firli merasa bahwa kita semua tentunya berharap, budaya antikorupsi secepatnya membumi di bumi pertiwi.
Firli kembali mengaitkan hal tersebut dengan tauladan yang diberikan Ki Hajar Dewantara dan para pahlawan pendidikan lainnya.
"Tidak dapat dipungkiri, tauladan yang diberikan Ki Hadjar Dewantara beserta pahlawan pendidikan lainnya lah yang telah mengubah sudut pandang bangsa Indonesia untuk menyongsong masa depan dan mewujudkan cita-cita bangsa dengan pendidikan," sebutnya.
Menurut Firli, pendidikan jelas menjadi satu senjata yang paling ampuh yang bisa kita gunakan untuk mengubah dunia. Apalagi, melihat bangsa kita yang awalnya terbelakang karena kebodohan, kini menjadi bangsa superior yang cerdas dimata dunia, seiring dengan meningkatnya kualitas pendidikan rakyat Indonesia.
Firli kembali mengingatkan pada keterangan resminya, bahwasanya masa depan bangsa ini tidak ditentukan saat dia terlahir, namun dengan pendidikan serta semangat belajar, berjuang, bekerja keras.
"Insya Allah masa depan NKRI akan semakin baik," pungkas Firli.
- Penulis :
- St Fatiha Sakinah Ramadhani