
Pantau - Stunting masih menjadi ancaman bangsa lantaran jika dibiarkan, maka saat anak tumbuh dewasa tidak bisa berkontribusi untuk bangsa.
“Anak yang stunting akan lambat berpikir, mempunyai kekurangan-kurangan fisik, mental, cara berpikir hingga tidak dapat bersaiang di pekerjaan dan bersekolah,” ujar Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Bonivasius Prasetya Ichtiarto saat menghadiri pencanganan Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting di ruang SH Sarundajang, Kantor Wali Kota Bitung, Sulawesi Utara (Sulut), Selasa (18/10/2022).
Ia menambahkan, 20 hingga 30 tahun ke depan, anak-anak ini akan menjadi generasi penerus bangsa. Namun jika mengalami stunting, maka anak tak bisa menjadi tangguh, tak bisa menjadi polisi, tentara, bahkan wali kota.
"Keberadaan stunting bukan main-main, tapi ancaman untuk bangsa," ujarnya.
Era globalisasi saat ini butuh sumber daya manusia yang hebat, kuat, berdaya juang, berdaya saing, dan berkualitas, sehingga stunting harus diturunkan dan dicegah. Cara pencegahannya dimulai dari sebelum anak merencanakan pernikahan, sudah menikah, hingga yang sudah berkeluarga.
Penyebab stunting ada macam-macam, mulai karena ekonomi dan pola asuh serta budayanya, lalu karena faktor kesehatan dalam hal ini sanitasi. Berbicara penurunan stunting bukan hanya dilakukan oleh BKKBN, Dinas Kesehatan, melainkan semua bersama-sama menanganinya.
Dengan dikukuhkannya Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting oleh Dandim 1310 Bitung Letkol Arm Yoki Efriandi, Wakil Wali Kota Bitung Hengky Honandar, Ketua DWP Kota Bitung Ny Nurjaya Theno Munarwin, Kepala Dinas Pengendalian Pendudukan dan KB Kota Bitung Haidy Malingkas, perwakilan perbankan dan perusahan di Bitung, diharapkan akan ada bapak asuh lainnya, berasal dari pihak swasta hingga orang biasa yang berkecukupan bisa jadi bapak asuh anak stunting.
“Jadi bukan sekedar pencanangan, tapi programnya apa,” tambahnya.
Menjadi bapak asuh anak stunting bukanlah hal baru, sebelumnya ada Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA). Keberadaan orang tua asuh, nantinya akan menjadi pencegahan dan penanganan stunting secara gotong royong melibatkan siapa saja.
Kepada keluarga atau anak yang beresiko hingga stunting akan diberikan bantuan, lewat program bantuan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat), diberikan bantuan makanan tambahan ke keluarga ibu hamil, menyusui dan anak serta balita beresiko atau memang stunting.
Pendampingan selama enam bulan, akan terkoreksi seperti berat badan akan bertambah, tinggi badan bertambah, gizinya baik hingga terbebas dari stunting. Program Dashat ini bisa setiap hari, seminggu dua kali, seminggu sekali yang intinya keberadaan anak stunting atau beresiko stunting serta keluarganya menjadi bagian dari tanggung jawab desa atau kelurahan yang akan disuport oleh semua pihak.
Sementara itu Wakil Wali Kota Bitung Hengky Honandar mengatakan, permasalahan stunting di Kota Bitung terus mendapatkan perhatian baik dari pemerintah maupun para pemangku kepentingan.
Terutama masih adanya permasalahan seperti kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, yang dapat berdampak serius kepada perkembangan janin.
“Target nasional yaitu menurunkan prevalensi penurunan stunting hingga 14 persen pada tahun 2024 yang menuntut kita untuk terus berinvestasi pada Intervensi gizi sejak sekarang,” kata Hengky.
Menurutnya, investasi ini adalah kunci yang akan membentuk masa depan bangsa. Pemerintah tidak mungkin bekerja sendiri, tetapi memerlukan kolaborasi dan dukungan dari bagian pihak dalam percepatan penurunan Stunting.
Menurut Hengky, masa depan anak Indonesia tergantung pada aksi dan langkah kolaboratif yang dilakukan sekarang. Dalam menyongsong masa depan, pemerintah dan masyarakat harus optimis, namun tidak boleh lengah sebab anak-anak bangsa adalah bagian dari masa kini dan masa depan.
"Sekarang kita merawat mereka, kelak mereka akan merawat bangsa. Olehnya kepada bapak/bunda asuh anak Stunting yang dikukuhkan pada hari ini, kami mengajak untuk terus berperan aktif, bekerjasama melakukan percepatan penurunan stunting di Kota Bitung," katanya.
"Kami pesankan agar upaya menekan angka Stunting ini harus dimasifkan hingga keseluruhan sektor sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya Stunting itu sendiri,” tandasnya.
“Anak yang stunting akan lambat berpikir, mempunyai kekurangan-kurangan fisik, mental, cara berpikir hingga tidak dapat bersaiang di pekerjaan dan bersekolah,” ujar Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Bonivasius Prasetya Ichtiarto saat menghadiri pencanganan Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting di ruang SH Sarundajang, Kantor Wali Kota Bitung, Sulawesi Utara (Sulut), Selasa (18/10/2022).
Ia menambahkan, 20 hingga 30 tahun ke depan, anak-anak ini akan menjadi generasi penerus bangsa. Namun jika mengalami stunting, maka anak tak bisa menjadi tangguh, tak bisa menjadi polisi, tentara, bahkan wali kota.
"Keberadaan stunting bukan main-main, tapi ancaman untuk bangsa," ujarnya.
Era globalisasi saat ini butuh sumber daya manusia yang hebat, kuat, berdaya juang, berdaya saing, dan berkualitas, sehingga stunting harus diturunkan dan dicegah. Cara pencegahannya dimulai dari sebelum anak merencanakan pernikahan, sudah menikah, hingga yang sudah berkeluarga.
Penyebab stunting ada macam-macam, mulai karena ekonomi dan pola asuh serta budayanya, lalu karena faktor kesehatan dalam hal ini sanitasi. Berbicara penurunan stunting bukan hanya dilakukan oleh BKKBN, Dinas Kesehatan, melainkan semua bersama-sama menanganinya.
Dengan dikukuhkannya Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting oleh Dandim 1310 Bitung Letkol Arm Yoki Efriandi, Wakil Wali Kota Bitung Hengky Honandar, Ketua DWP Kota Bitung Ny Nurjaya Theno Munarwin, Kepala Dinas Pengendalian Pendudukan dan KB Kota Bitung Haidy Malingkas, perwakilan perbankan dan perusahan di Bitung, diharapkan akan ada bapak asuh lainnya, berasal dari pihak swasta hingga orang biasa yang berkecukupan bisa jadi bapak asuh anak stunting.
“Jadi bukan sekedar pencanangan, tapi programnya apa,” tambahnya.
Menjadi bapak asuh anak stunting bukanlah hal baru, sebelumnya ada Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA). Keberadaan orang tua asuh, nantinya akan menjadi pencegahan dan penanganan stunting secara gotong royong melibatkan siapa saja.
Kepada keluarga atau anak yang beresiko hingga stunting akan diberikan bantuan, lewat program bantuan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat), diberikan bantuan makanan tambahan ke keluarga ibu hamil, menyusui dan anak serta balita beresiko atau memang stunting.
Pendampingan selama enam bulan, akan terkoreksi seperti berat badan akan bertambah, tinggi badan bertambah, gizinya baik hingga terbebas dari stunting. Program Dashat ini bisa setiap hari, seminggu dua kali, seminggu sekali yang intinya keberadaan anak stunting atau beresiko stunting serta keluarganya menjadi bagian dari tanggung jawab desa atau kelurahan yang akan disuport oleh semua pihak.
Sementara itu Wakil Wali Kota Bitung Hengky Honandar mengatakan, permasalahan stunting di Kota Bitung terus mendapatkan perhatian baik dari pemerintah maupun para pemangku kepentingan.
Terutama masih adanya permasalahan seperti kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, yang dapat berdampak serius kepada perkembangan janin.
“Target nasional yaitu menurunkan prevalensi penurunan stunting hingga 14 persen pada tahun 2024 yang menuntut kita untuk terus berinvestasi pada Intervensi gizi sejak sekarang,” kata Hengky.
Menurutnya, investasi ini adalah kunci yang akan membentuk masa depan bangsa. Pemerintah tidak mungkin bekerja sendiri, tetapi memerlukan kolaborasi dan dukungan dari bagian pihak dalam percepatan penurunan Stunting.
Menurut Hengky, masa depan anak Indonesia tergantung pada aksi dan langkah kolaboratif yang dilakukan sekarang. Dalam menyongsong masa depan, pemerintah dan masyarakat harus optimis, namun tidak boleh lengah sebab anak-anak bangsa adalah bagian dari masa kini dan masa depan.
"Sekarang kita merawat mereka, kelak mereka akan merawat bangsa. Olehnya kepada bapak/bunda asuh anak Stunting yang dikukuhkan pada hari ini, kami mengajak untuk terus berperan aktif, bekerjasama melakukan percepatan penurunan stunting di Kota Bitung," katanya.
"Kami pesankan agar upaya menekan angka Stunting ini harus dimasifkan hingga keseluruhan sektor sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya Stunting itu sendiri,” tandasnya.
- Penulis :
- khaliedmalvino










