
Pantau - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menyayangkan sikap pemimpin ekstremis sayap kanan Swedia, Rasmus Paludan yang kembali melakukan aksi membakar Al-Qur'an.
Gus Yahya menyebut, Paludan hanyalah orang putus asa yang hilang akal karena melihat kekalahan tak terhindarkan dari kesombongan identitasnya sendiri.
Baca Juga: Buntut Pembakaran Al-Qur’an, Al-Azhar Mesir Serukan Boikot Produk Belanda dan Swedia
"Whatever his cause is, it is doomed to fail. Mari kita teruskan saja duduk santai menikmati kesyahduan iman kita sendiri sambil menunggu Rasmus Paludan runtuh bersama segala cita-citanya atau dia insaf kemudian berbelok ke jalan yang benar," kata Gus Yahya dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (28/1/2023) malam.
Menurut Gus Yahya, meski dibakar, hal itu tidak akan membuat Al-Qur'an menjadi hina. Ia justru berpendapat, perbuatan Paludan malah mendorong rasa penasaran bagi mereka yang belum tahu isi Al-Qur'an.
"Kalau dia bermaksud menyerukan agar Eropa kulit putih bersatu melawan Islam, perbuatannya justru memancing orang-orang Eropa di luar kelompoknya untuk melawannya," lanjutnya.
Baca Juga: Kutuk Keras Pembakaran Al-Qur’an, Fadli Zon: Kebebasan Berekspresi Ada Batasnya!
Ia menambahkan, jika terjadi konflik universal atas perbuatan Paludan tersebut, maka kelompoknya tidak akan menang melawan umat Islam.
Perbuatan Rasmus Paludan membakar Al-Qur'an ternyata bukan kali ini saja dilakukan. Tercatat, pemimpin ekstrimis garis keras ini sudah lima kali melakukan perbuatannya tersebut.
Meski mendapat kecaman keras dari sejumlah kelompok, sebagian menyebutnya sebagai teroris. Namun, hingga kini tidak ada tindakan tegas apa pun terhadap dirinya.
Gus Yahya menyebut, Paludan hanyalah orang putus asa yang hilang akal karena melihat kekalahan tak terhindarkan dari kesombongan identitasnya sendiri.
Baca Juga: Buntut Pembakaran Al-Qur’an, Al-Azhar Mesir Serukan Boikot Produk Belanda dan Swedia
"Whatever his cause is, it is doomed to fail. Mari kita teruskan saja duduk santai menikmati kesyahduan iman kita sendiri sambil menunggu Rasmus Paludan runtuh bersama segala cita-citanya atau dia insaf kemudian berbelok ke jalan yang benar," kata Gus Yahya dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (28/1/2023) malam.
Menurut Gus Yahya, meski dibakar, hal itu tidak akan membuat Al-Qur'an menjadi hina. Ia justru berpendapat, perbuatan Paludan malah mendorong rasa penasaran bagi mereka yang belum tahu isi Al-Qur'an.
"Kalau dia bermaksud menyerukan agar Eropa kulit putih bersatu melawan Islam, perbuatannya justru memancing orang-orang Eropa di luar kelompoknya untuk melawannya," lanjutnya.
Baca Juga: Kutuk Keras Pembakaran Al-Qur’an, Fadli Zon: Kebebasan Berekspresi Ada Batasnya!
Ia menambahkan, jika terjadi konflik universal atas perbuatan Paludan tersebut, maka kelompoknya tidak akan menang melawan umat Islam.
Perbuatan Rasmus Paludan membakar Al-Qur'an ternyata bukan kali ini saja dilakukan. Tercatat, pemimpin ekstrimis garis keras ini sudah lima kali melakukan perbuatannya tersebut.
Meski mendapat kecaman keras dari sejumlah kelompok, sebagian menyebutnya sebagai teroris. Namun, hingga kini tidak ada tindakan tegas apa pun terhadap dirinya.
- Penulis :
- Aditya Andreas