
Pantau - Tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan perubahan komposisi sampah yang masuk ke Teluk Jakarta. 8,738 ton sampah mampir ke Teluk Jakarta dalam setiap harinya.
Sampah dari alat pelindung diri (APD) seperti masker dan pelindung wajah paling banyak dijumpai.
“Kalau sebelum pandemi yang besar itu plastik. Tapi semasa pandemi ini ada kategori baru yang di tahun 2016 tidak ada sekarang ada, itu adalah APD,” kata Reza Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kamis (12/12/2019).
DKI Jakarta Sesak Sampah
Dengan garis pantai sepanjang 99.093 kilometer dan populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia dipandang sebagai penyampah plastik di laut terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok, teluk Jakarta menjadi salah satu muaranya.
Permasalahan sampah di DKI Jakarta menjadi persoalan yang belum terselesaikan. Volume sampah yang terangkut di Ibu Kota bahkan bisa mencapai ribuan ton per harinya.
"Data ini tahun 2022 sampai sudah di angka 8.738 ton dalam sehari," ujarnya Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Edi Mulyanto kepada Pantau.com dalam pesan singkatnya, Rabu (22/2/2023).
Baca Juga: Terjadi lagi, Kapolda Jatim Mendarat Darurat di Tulungagung
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume sampah yang terangkut di DKI Jakarta mencapai 7.233,82 ton per hari pada 2021. Jumlah itu sesungguhnya turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 7.587,49 ton per hari.
Utara Muara Sampah
Di Rawa Sengon, Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, bau sampah adalah masalah sehari-hari bagi warga. Kehidupan mereka nyaris sama dengan warga yang hidup berdampingan dengan sampah di Bantargebang, Bekasi.
Bau busuk, berasal dari tempat pembuangan sampah yang ada di RW 07 Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja. Rawa Sengon dengan Tugu Selatan hanya dipisahkan Kali Betik.
Saifullah (29) warga sekitar mengatakan, rumahnya juga hanya selemparan baru dari tumpukan sampah. Dia bilang, bau sebenarnya sudah jadi 'makanan sehari-hari' warga.
Menerapkan hidup sehat dan bersih sepertinya jauh dari harapan.
"Bau tercium sepanjang hari, bahkan sampai ke dalam rumah, kami resah," kata Ipul panggilan akrabnya.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Edi Mulyanto mengatakan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah atau Intermediate Treatment Facility (ITF) berperan penting karena dapat mengolah sekitar 2.200 ton sampah per hari.
"Jakarta sudah seharusnya punya ITF, master plan kita harusnya sudah ada yang terbangun, di Duri Kosambi, Sunter, Marunda dan Cacing (Cakung Cilincing)," ujarnya kepada Pantau.com.
Wacana Dulu
Sebagai Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sudah berencana mengurangi sampah yang dibuang ke Bantargebang Bekasi.
Ide ini muncul saat Ahok bertemu Presiden Finlandia Sauli Niinisto, awal november 2015. Ahok antara lain membahas masalah teknologi penanganan sampah.
Hingga akhirnya Pemprov DKI Jakarta berhasil membangun ITF sebagai solusi untuk mengatasi sampah di wilayah Jakarta. PT Jakarta Propertindo ditunjuk sebagai kontraktor.
Baca Juga: Musnahkan BKC Ilegal, Bea Cukai Amankan Ratusan Juta Potensi Kerugian Negara
Bank Pengurai Sampah
Penulis sempat bertandang ke salah satu bank sampah Sanora di Semper Jakarta Utara. Bau busuk dan kesan kumuh minim mendominasi di tempat daur ulang ini.
Bak seperti kolam ikan terbagi beberapa tempat untuk mencuci botol plastik. Seluruh sampah yang sudah dipilah ibu-ibu rumah tangga ini berakhir ke mesin pencacah plastik.
Pengelola Bank Sampah mengatakan, sampah plastik botol minuman bekas dihargai Rp2.500 per kilogram dan kemasan minuman gelas Rp5.000 per kilogram.
"Berawal itu dari masyarakat yg berbuat sendiri, jadi kami kumpulkan, buku tabungan, jadi sosialisasinya door to door," ujar Endang kepada Pantau.com.
Dalam sebulan bank sampah Sanora memproduksi seribu 500 hingga 2 ribu ton sampak plastik cacahan. Hasilnya diekspor ke Brunei Darussalam dan Malaysia.
"Disamping membuat lingkungan jadi bersih mereka mendapat tambahan ekonomi," ujarnya lagi.
Nasabah Bank Sampah dapat mencairkan tabungannya atau ditukar dengan sembako yang tersedia di koperasi milik bank sampah Sanora.

Angkat Topi
Pemprov DKI Jakarta angkat topi dengan peran masyarakat dalam bank sampah. Saat ini ada 3.602 bank sampah yang berdiri di Jakarta dengan 158. 620 nasabah.
"Dengan konsepnya begini, kalau ada bank sampah di wilayah, masyarakat di didik di rubah mine setnya tentang sampah bagian dari peluang usaha," ujarnya kepada Pantau.com.
Jika setiap rukun warga (RW) berdiri satu bank sampah, sampah di Jakarta tidak akan menjadi masalah, namun justru menjadi berkah warga Jakarta.
(Sumber: Penulis Pantau.com dan diolah dari berbagai sumber)
Sampah dari alat pelindung diri (APD) seperti masker dan pelindung wajah paling banyak dijumpai.
“Kalau sebelum pandemi yang besar itu plastik. Tapi semasa pandemi ini ada kategori baru yang di tahun 2016 tidak ada sekarang ada, itu adalah APD,” kata Reza Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kamis (12/12/2019).
DKI Jakarta Sesak Sampah
Dengan garis pantai sepanjang 99.093 kilometer dan populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia dipandang sebagai penyampah plastik di laut terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok, teluk Jakarta menjadi salah satu muaranya.
Permasalahan sampah di DKI Jakarta menjadi persoalan yang belum terselesaikan. Volume sampah yang terangkut di Ibu Kota bahkan bisa mencapai ribuan ton per harinya.
"Data ini tahun 2022 sampai sudah di angka 8.738 ton dalam sehari," ujarnya Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Edi Mulyanto kepada Pantau.com dalam pesan singkatnya, Rabu (22/2/2023).
Baca Juga: Terjadi lagi, Kapolda Jatim Mendarat Darurat di Tulungagung
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume sampah yang terangkut di DKI Jakarta mencapai 7.233,82 ton per hari pada 2021. Jumlah itu sesungguhnya turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 7.587,49 ton per hari.
Utara Muara Sampah
Di Rawa Sengon, Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, bau sampah adalah masalah sehari-hari bagi warga. Kehidupan mereka nyaris sama dengan warga yang hidup berdampingan dengan sampah di Bantargebang, Bekasi.
Bau busuk, berasal dari tempat pembuangan sampah yang ada di RW 07 Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja. Rawa Sengon dengan Tugu Selatan hanya dipisahkan Kali Betik.
Saifullah (29) warga sekitar mengatakan, rumahnya juga hanya selemparan baru dari tumpukan sampah. Dia bilang, bau sebenarnya sudah jadi 'makanan sehari-hari' warga.
Menerapkan hidup sehat dan bersih sepertinya jauh dari harapan.
"Bau tercium sepanjang hari, bahkan sampai ke dalam rumah, kami resah," kata Ipul panggilan akrabnya.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Edi Mulyanto mengatakan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah atau Intermediate Treatment Facility (ITF) berperan penting karena dapat mengolah sekitar 2.200 ton sampah per hari.
"Jakarta sudah seharusnya punya ITF, master plan kita harusnya sudah ada yang terbangun, di Duri Kosambi, Sunter, Marunda dan Cacing (Cakung Cilincing)," ujarnya kepada Pantau.com.
Wacana Dulu
Sebagai Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sudah berencana mengurangi sampah yang dibuang ke Bantargebang Bekasi.
Ide ini muncul saat Ahok bertemu Presiden Finlandia Sauli Niinisto, awal november 2015. Ahok antara lain membahas masalah teknologi penanganan sampah.
Hingga akhirnya Pemprov DKI Jakarta berhasil membangun ITF sebagai solusi untuk mengatasi sampah di wilayah Jakarta. PT Jakarta Propertindo ditunjuk sebagai kontraktor.
Baca Juga: Musnahkan BKC Ilegal, Bea Cukai Amankan Ratusan Juta Potensi Kerugian Negara
Bank Pengurai Sampah
Penulis sempat bertandang ke salah satu bank sampah Sanora di Semper Jakarta Utara. Bau busuk dan kesan kumuh minim mendominasi di tempat daur ulang ini.
Bak seperti kolam ikan terbagi beberapa tempat untuk mencuci botol plastik. Seluruh sampah yang sudah dipilah ibu-ibu rumah tangga ini berakhir ke mesin pencacah plastik.
Pengelola Bank Sampah mengatakan, sampah plastik botol minuman bekas dihargai Rp2.500 per kilogram dan kemasan minuman gelas Rp5.000 per kilogram.
"Berawal itu dari masyarakat yg berbuat sendiri, jadi kami kumpulkan, buku tabungan, jadi sosialisasinya door to door," ujar Endang kepada Pantau.com.
Dalam sebulan bank sampah Sanora memproduksi seribu 500 hingga 2 ribu ton sampak plastik cacahan. Hasilnya diekspor ke Brunei Darussalam dan Malaysia.
"Disamping membuat lingkungan jadi bersih mereka mendapat tambahan ekonomi," ujarnya lagi.
Nasabah Bank Sampah dapat mencairkan tabungannya atau ditukar dengan sembako yang tersedia di koperasi milik bank sampah Sanora.

Angkat Topi
Pemprov DKI Jakarta angkat topi dengan peran masyarakat dalam bank sampah. Saat ini ada 3.602 bank sampah yang berdiri di Jakarta dengan 158. 620 nasabah.
"Dengan konsepnya begini, kalau ada bank sampah di wilayah, masyarakat di didik di rubah mine setnya tentang sampah bagian dari peluang usaha," ujarnya kepada Pantau.com.
Jika setiap rukun warga (RW) berdiri satu bank sampah, sampah di Jakarta tidak akan menjadi masalah, namun justru menjadi berkah warga Jakarta.
(Sumber: Penulis Pantau.com dan diolah dari berbagai sumber)
- Penulis :
- Desi Wahyuni