Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Pengamat Nilai Konstruksi LRT Jabodebek Telah Dapat Persetujuan KKJTJ

Oleh Yohanes Abimanyu
SHARE   :

Pengamat Nilai Konstruksi LRT Jabodebek Telah Dapat Persetujuan KKJTJ
Foto: LRT Jabotabek , instagram LRT Jabotabek

Pantau – Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno mengatakan berdasarkan desain dan hasil pekerjaan LRT Jabodebek telah mendapatkan persetujuan dan sertifikasi dari Komite Keselamatan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) Kementerian PUPR.

“Selain itu, seluruh pekerjaan dari proyek ini juga telah dilakukan pengujian oleh Kemenhub melalui Ditjen Perkeretaapian (DJKA) serta telah mendapatkan penilaian sistem manajemen keselamatan perkeretaapian,” kata Djoko dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (29/8/2023).

Djoko menambahkan sebanyak 10 jembatan bentang panjang ( elevated longspan) LRT Jabodebek, yaitu longspan JORR, longspan Cililitan, longspan Cawang, longspan Cikoko, longspan Kali Bekasi, longspan Kuningan, longspan Ciliwung, longspan Dukuh Atas, longspan Cikunir, dan longspan Halim.

“Longspan Kuningan yang cukup menarik perhatian terdiri dari 3 bentang dengan konfigurasi 86,5 meter – 148 meter – 86,5 meter dan total panjangnya 321 meter,” tuturnya.

Dikatakan Djoko, sistem konstruksi adalah balanced cantilever dan single cell prestressed concreted box girder. Jumlah lintas (track) ganda dan pondasi tiang bor dengan diameter 1,8 meter.

“Di sekitar perempatan jl. Jend. Gatot Subroto dan Jl. H. Rasuna Said terdapat banyak gedung bertingkat, sehingga menjadi tantangan dalam membuat desain dan konstruksi jalan layang. Jembatan 3 bentang, yakni 321 meter dengan jari-jari lengkung 115 meter,” tuturnya.

Menurut Djoko, konstruksi longspan di Kuningan dengan jari-jari 115 m mengingat kondisi lapangan, mengikuti trase jalan raya, sehingga tidak mungkin dibuat lebih besar lagi karena ada gedung-gedung tinggi di sekitarnya.

“Konsekuensi berjalan di lengkung kecil, yaitu harus berjalan dengan kecepatan rendah. Bagi penumpang kereta api komuter atau angkutan kota yang penting adalah kepastian jadwal berangkat dan tiba di stasiun,” jelasnya.

Selain itu, kata Djoko, saat kereta api berjalan melalui lengkung horizontal, timbul gaya sentrifugal ke arah luar yang akan berakibat pertama rel luar mendapat tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan rel dalam.

“Kedua keausan rel luar akan lebih banyak dibandingkan dengan yang terjadi pada rel dalam, dan ketiga bahaya tergulingnya kereta api,” ungkapnya.

Djoko menambahkan akibat yang ditimbulkan dari gaya sentrifugal tersebut, maka lengkung horizontal memerlukan peninggian pada rel luarnya.

“Sehingga perancangan lengkung horisontal berkaitan berkaitan erat dengan analisis peninggian rel,” paparnya.

Untuk itu, Djoko memaparkan rel paksa atau rel gongsol dipasang pada jalan rel dengan jari-jari kurang dari 200 meter.

“Tujuan pemasangan adalah untuk mengurangi gesekan antara roda dan rel, karena rel akan menempel di rel paksa (gigi gongsol),” tandasnya. 

Penulis :
Yohanes Abimanyu