Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Ganjar Harap Pedagang Kedelai dan Pengrajin Tahu-Tempe Diperhatikan Guna Tak Banyak Impor

Oleh Sofian Faiq
SHARE   :

Ganjar Harap Pedagang Kedelai dan Pengrajin Tahu-Tempe Diperhatikan Guna Tak Banyak Impor
Foto: Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo - tangkap layar

Pantau - Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo berharap pedagang kedelai dan pengrajin tahu tempe harus lebih banyak diperhatikan, karena Indonesia tengah menghadapi persoalan ketersediaan kedelai.

Hal itu Ganjar ungkapkan setelah mengunjungi Pasar Baru Klandasan Ilir di Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim).

"Kedelai kita punya masalah yang serius karena memang produktivitas kita kurang," kata Ganjar, Selasa (5/11/2023).

"Minimal kalau kita harus melakukan impor ya tidak terlalu banyak," tambahnya.

Dalam kunjungannya ke Pasar Baru, Ganjar sempat berdialog dengan Jazuli, pedagang tempe asal Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng).

Pedagang tersebut meminta Ganjar, bila terpilih sebagai presiden berani melakukan intervensi atas impor kedelai. Pasalnya, impor yang terlalu bebas terhadap kedelai dapat membuat harga melambung karena tidak ada ketentuan batas atas harga.

Untuk itu, Ganjar menegaskan bahwa Pemerintah dapat melakukan intervensi lebih agar mereka yang membuat tahu tempe bisa mendapatkan perhatian khusus.

Diketahui, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang impor komoditas kedelai. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor kedelai Indonesia sepanjang tahun 2022 mencapai 2,32 juta ton atau senilai 1,63 miliar dolar AS.

Rata-rata impor kedelai Indonesia per tahunya mencapai 2 juta—2,5 juta ton. Dari total volume impor itu, sekitar 70 persen di antaranya untuk produksi tempe, 25 persen untuk produksi tahu, dan sisanya untuk produk lain.

Deputi III Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Andriko Noto Susanto mengakui petani enggan menanam bahan baku tempe ini karena beberapa faktor.

Salah satu penyebabnya adalah karena harganya tidak sekompetitif dengan komoditas pangan lainnya seperti padi, cabai, bawang merah hingga jagung.

“Yang jadi penyebab kedelai tidak berkembang di Indonesia adalah harganya yang tidak kompetitif dibandingkan kalau dia menanam jagung atau padi," tutur Andriko di Jakarta, Rabu (22/11).

"Misalnya semua ditanam 1 hektare, itu harganya kalah jadi makanya petani sangat rasional dan lebih memilih menanam padi dan jagung,” imbuhnya.


Sumber: Antara 

Penulis :
Sofian Faiq