Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Yuk Intip! Tradisi Perayaan Natal Unik Cuma Ada di Indonesia

Oleh Firdha Riris
SHARE   :

Yuk Intip! Tradisi Perayaan Natal Unik Cuma Ada di Indonesia
Foto: Ilustrasi pohon Natal. (Sumber: Pixabay)

Pantau - Perayaan Natal di Indonesia berbeda dengan negara luar lainnya. Di Indonesia sendiri, pada setiap daerahnya mempunyai tradisi unik. Tradisi yang dilakukan sebagai simbol kebersamaan secara turun-temurun.

Berikut 7 tradisi perayaan Natal unik di Indonesia berdasarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), diantaranya:

1. Marbinda/Marhobas (Sumatera Utara)
Marbinda adalah tradisi menyembelih hewan, sementara Marhobas merupakan tradisi memasak hasil sembelih yang dilakukan oleh para pria. Kedua tradisi tersebut dilakukan setiap menjelang hari raya Natal oleh masyarakat Batak Toba, Sumatera Utara (Sumut).

Adapun hewan yang disembelih yang berkaki empat seperti sapi, kerbau, atau babi. Tujuan tradisi Marbinda dan Marhobas adalah untuk mengeratkan kebersamaan masyarakat sekitar, membangun rasa gotong royong, dan sebagai wujud rasa syukur

2. Rabo-rabo (Jakarta)
Tradisi Rabo-rabo dalam bahasa Kreol Portugis memiliki arti "Ekor-Mengekor" ini, dilakukan dengan berkeliling kampung dan mengunjungi rumah-rumah sambil menyanyikan lagu keroncong.

Tradisi ini dilakukan setiap menjelang hari Natal, dan apat dijumpai di kawasan Cilincing, tepatnya di Kampung Tugu, Jakarta. Kampung yang disinggahi oleh sekelompok pemeluk agama Kristen berketurunan Portugis.

Rabo-Rabo ini dimulai dengan mengunjungi gereja untuk ibadah lalu mengunjungi rumah-rumah warga sekitar. Salah satu anggota keluarga yang rumahnya dikunjungi harus ikut dalam rombongan dengan posisi seperti ekor memanjang. Rabo-Rabo ini akan ditutup dengan pesta makan di rumah terakhir yang didatangi,

3. Wayang Wahyu (Jawa)
Pertunjukan Wayang Wahyu pertama kali muncul pada tahun 1960an, pementasan Wayang Wahyu digunakan untuk mengingatkan umat Katolik untuk menjalin keharmonisan antar sesama.

Pertunjukkan tersebut diambil dari berbagai kisah yang terdapat dalam Alkitab. Sering kali dilakukan menjelang perayaan hari Natal di gereja-gereja tertentu di Jawa.

4. Ngejot dan Penjor (Bali)
Umat Kristen di Bali juga melakukan tradisi saat menjelang perayaan Natal yakni Ngejot dan Penjot. Ngejot sendiri merupakan tradisi di mana para warga saling membagikan makanan. Makanan yang dibuat untuk tradisi Ngejot disesuaikan dengan agamanya masing-masing.

Sementara, Penjor merupakan bambu-bambu tinggi melengkung yang biasanya dipasang saat hari raya Galungan. Bambu-bambu tersebut dipasang di bagian rumah sebagai bentuk syukur terhadap anugerah Tuhan.

5. Kunci Taon (Sulawesi Utara)
Ada lagi tradisi perayaan Natal yang bisa dijumpai di Manado, Sulawesi Utara (Sulut) yakni Tradisi Kunci Taon. Tradisi yang diawali dengan serangkaian ibadah di gereja.

Lalu, para umat Kristen akan berziarah ke makam kerabat. Biasanya, saat berziarah mereka akan meletakkan lampu hias di atas makam itu. Tradisi ini digelar pada awal minggu bulan Desember dan berakhir pada awal bulan Januari. Dilakukan sekaligus menjelang akhir tahun,

Kemudian, Tradisi Kunci Taom ditutup dengan kegiatan pawai mengelilingi kampung sambil memakai kostum-kostum yang menarik.

6. Meriam Bambu (Nusa Tenggara Timur)
Tradisi Meriam Bambu digelar di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), biasanya diisi oleh pesta meriam bambu yang meriah. Tradisi perayaan Natal ini sudah ada sejak tahun 80-an.

Saat menjelang Natal, suara menggelegar tercipta dari permainan tersebut menjadi yang ditunggu-tunggu. Selain membuat gembira, bunyi dari meriam bambu juga dapat diartikan sebagai sambutan terhadap kelahiran Yesus Kristus.

7. Bakar Batu (Papua)
Tidak ketinggalan, umat Kristen di Papua juga melakukan tradisi perayaan Natal yakni Bakar Batu. Kegiatan ini dilakukan setelah misa Natal dan biasanya akan memakan waktu sekitar setengah hari. Bakar Batu dilakukan sebagai upaya untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan serta untuk menjaga kebersamaan.

Caranya, pertama batu-batu ditumpuk di atas perapian dan dibakar sampai panas. Kemudian batu-batu panas dimasukkan kedalam lubang yang sudah diberi alas daun pisang dan alang-alang.

Di atas batu panas ditumpuk lagi dengan daun pisang lalu masukkan daging babi yang telah diiris. Kemudian daging babi ditutup dengan daun pisang dan batu panas dan daun pisang di atasnya.

Kemudian, ditaruh ubi jalar, singkong, dan sayuran lainnya. Tidak sampai di situ saja, di atas sayuran diletakkan daun pisang, lalu batu panas dan diakhiri dengan ditutup daun pisang dan alang-alang.

Dilansir dari Wikipedia, Babi yang akan dimasak tidak langsung disembelih, tapi dipanah terlebih dahulu. Bila babi langsung mati, maka pertanda acara akan sukses, tapi bila tidak langsung mati, maka pertanda acara tidak bakalan sukses.

Setelah matang, biasanya setelah dimasak selama 1 jam, semua anggota suku berkumpul dan membagi makanan untuk dimakan bersama di lapangan tengah kampung, sehingga bisa mengangkat solidaritas dan kebersamaan rakyat Papua.

(Laporan: Jihan Susmita Dewi)

Penulis :
Firdha Riris
Editor :
Muhammad Rodhi