
Pantau.com - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengungkapkan, kecelakaan jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 menjadi klimaks dari sekian banyak aduan konsumen terhadap buruknya pelayanan maskapai Lion Air.
"Bermula dari pengaduan-pengaduan kecil ini sebenarnya sudah sebuah symptom, ada persoalan yang sangat serius di dalam manajemen Lion Air dan klimaksnya adalah kecelakaan itu," ujar Tulus dalam sebuah diskusi bertajuk 'Awan Hitam Penerbangan Kita' yang digelar di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (3/11/2018).
Tulus menjelaskan, dalam catatan aduan 7 tahun terakhir memang paling tinggi dan paling banyak aduan konsumen terhadap maskapai Lion Air. Menurutnya, mulai penerbangan delay hingga pengerusakan dan pencurian bagasi menjadi aduan yang paling sering pihaknya terima.
"Kemudian refund tiket yang susah, dan juga pendodosan (perusakan dan pencurian) bagasi itu sering terjadi di Lion Air. Bahkan saya pernah dipanggil khusus oleh pihak Angkasa Pura 2 untuk melihat proses bisnis mengapa pendodosan di area di bandara khususnya di Lion Air itu terjadi," ungkapnya.
Baca juga: Ini Alasan Pemerintah Didesak Bentuk Mahkamah dan Dewan Penerbangan
Selain itu juga menurutnya dari sisi keamanan banyak dikeluhkan oleh konsumen yang mengunakan maskapai dengan ciri khas lambang kepala singa merah itu.
"Dari sisi safety pernah juga ada pengaduan konsumen, di satu sisi pramugari mengatakan gunakan seatbelt, tapi ada kursi yang tidak ada seatbelt. Tapi tetap terbang. Antara instruksi dengan realitas di lapangan itu berbeda. Artinya budaya safety Lion Air dari situ sudah kelihatan sangat tidak baik," tuturnya.
Sementara di lain sisi, Tulus mengatakan, kecelakaan jatuhnya Pesawat Lion Air JT-610 justru menjadi anti-klimaks buat wajah penerbangan Indonesia. Sebab menurutnya, penerbangan Indonesia saat ini mulai diapresiasi.
Ia pun membeberkan apresiasi internasional yang diberikan terhadap penerbangan Indonesia. Pertama Uni Eropa baru saja mencabut izin terbang seluruh maskapai Indonesia terbang ke eropa, kemudian rating dengan menepati posisi pertama dari Asosiasi penerbangan Amerika atau FAA, lalu apresiasi dari ICAO.
"Tapi dengan kasus Lion Air yang terakhir ini bisa men-downgrade reputasi penerbangan Indonesia, karena kemudian menjadi antiklimaks," pungkasnya.
- Penulis :
- Rifeni