
Pantau - Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Zainal Arifin Paliwang menegaskan pentingnya memperkuat pembangunan infrastruktur di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia untuk menjaga kemandirian dan kedaulatan bangsa.
Kaltara memiliki luas 75 ribu kilometer persegi dengan garis perbatasan sepanjang 1.038 kilometer bersama Sabah dan Sarawak, Malaysia.
Kondisi Perbatasan yang Memprihatinkan
Zainal mengungkapkan bahwa masih banyak desa perbatasan yang terisolasi, dengan jalan rusak parah hingga perjalanan sejauh 60 kilometer bisa memakan waktu enam jam.
Beberapa daerah hanya bisa dijangkau dengan pesawat kecil atau melalui sungai deras.
"Saya sangat sedih pimpinan, saya tiga hari dua malam itu makan nasi basi di tengah hutan, bagaimana masyarakat saya?" kata Zainal, menggambarkan kerasnya kondisi di lapangan.
Sulitnya distribusi menyebabkan harga kebutuhan pokok melonjak tajam, dengan harga semen bisa mencapai Rp900 ribu per sak.
Karena sulitnya pasokan dari dalam negeri, banyak masyarakat perbatasan bergantung pada barang dari Malaysia, yang disayangkan Zainal: "Untung mereka masih NKRI, tetapi perutnya Malaysia pimpinan."
Upaya Konkret untuk Meningkatkan Kesejahteraan Perbatasan
Gubernur menegaskan bahwa pembangunan di perbatasan adalah bentuk nyata keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pemerintah Provinsi Kaltara mengalokasikan subsidi angkutan orang dan barang sebesar Rp15 miliar per tahun, meski Zainal mengakui bahwa subsidi ini berpotensi menyusut karena kebijakan efisiensi.
Ia juga mendorong agar kendaraan masyarakat Krayan yang berpelat Malaysia mendapat status khusus, mirip perlakuan di Batam dan Sabang.
Sebagai upaya jangka panjang, Zainal tengah mendiskusikan pembangunan jalur penghubung antara Kaltara dan Kalimantan Timur untuk mempermudah distribusi logistik.
"Insyaallah kami akan bekerja keras sehingga sembako itu bukan datang dari Sarawak. Mudah-mudahan sembako sudah bisa bawa dari Samarinda," tuturnya.
- Penulis :
- Gian Barani