billboard mobile
HOME  ⁄  Nasional

Jalan Layang Sitinjau Lauik Dibangun untuk Kurangi Kecelakaan dan Longsor di Titik Rawan Padang

Oleh Gian Barani
SHARE   :

Jalan Layang Sitinjau Lauik Dibangun untuk Kurangi Kecelakaan dan Longsor di Titik Rawan Padang
Foto: Flyover Sitinjau Lauik resmi dibangun untuk tanggulangi kecelakaan dan dorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat(Sumber: ANTARA/Muhammad Zulfikar).

Pantau - Kementerian Pekerjaan Umum resmi memulai pembangunan Jalan Layang Sitinjau Lauik di Kota Padang, Sumatera Barat, sebagai upaya mengurangi tingginya angka kecelakaan lalu lintas di kawasan tersebut.

Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sumatera Barat, Tabrani, menjelaskan bahwa titik rawan kecelakaan berada di antara Panorama 1 dan Panorama 2 Sitinjau Lauik.

Pernyataan ini disampaikan dalam acara peletakan batu pertama pembangunan jalan layang yang turut dihadiri Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Andre Rosiade, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi, serta para pemangku kepentingan lainnya.

Berdasarkan data kepolisian, sepanjang 2020 hingga 2024, tercatat 100 kecelakaan di lokasi tersebut, dengan korban meninggal sebanyak 36 orang, 13 luka berat, dan sisanya mengalami luka ringan.

Sebagian besar kecelakaan melibatkan truk logistik yang mengalami rem blong dan terjun ke jurang, sehingga tidak hanya menyebabkan korban jiwa dan kerugian materiil, tetapi juga mengganggu arus perekonomian Sumbar.

Tiga Titik Bahaya Akan Dinetralisir, Proyek Strategis Nasional Bernilai Triliunan

Selain faktor kecelakaan, jalur Sitinjau Lauik juga rawan longsor dan kemacetan, sehingga pembangunan flyover ini diharapkan dapat meningkatkan keselamatan pengguna jalan.

Proyek flyover Sitinjau Lauik ini dirancang untuk membebaskan tiga titik hazard atau lokasi berbahaya yang selama ini menjadi momok bagi pengemudi.

Secara teknis, tanjakan Sitinjau Lauik memiliki gradien ekstrem hingga 22 persen dengan radius tikungan sempit hanya tujuh meter, yang membuatnya sangat berisiko.

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Andre Rosiade, menyebut pembangunan ini sangat mendesak dan merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat serta dunia usaha di Ranah Minang.

Ia menambahkan bahwa proyek ini mencerminkan komitmen Presiden Prabowo Subianto dalam membangun infrastruktur strategis demi menunjang pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat.

EVP Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya, Adjib Al Hakim, menyampaikan bahwa nilai proyek mencapai Rp2,793 triliun.

Masa konstruksi proyek ini diperkirakan memakan waktu selama 2,5 tahun dan akan memiliki masa operasi awal selama 10 tahun.

Penulis :
Gian Barani