billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Industri Furnitur Indonesia Dibidik Tembus Pasar Timur Tengah, Potensi Ekspor Capai Rp77 Triliun

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Industri Furnitur Indonesia Dibidik Tembus Pasar Timur Tengah, Potensi Ekspor Capai Rp77 Triliun
Foto: Kemenperin dorong IKM furnitur ekspansi ke pasar Timur Tengah melalui pameran dan pelatihan ekspor(Sumber: ANTARA/HO-Kemenperin).

Pantau - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pelaku industri kecil dan menengah (IKM) furnitur untuk memperluas jangkauan pasar ekspor ke kawasan Timur Tengah melalui berbagai strategi pendampingan dan promosi.

Ekspor Furnitur Nasional Naik, Timur Tengah Jadi Target Baru

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menegaskan bahwa pangsa pasar industri furnitur nasional masih terbuka lebar untuk dikembangkan, terutama ke pasar non-tradisional seperti Timur Tengah.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor furnitur Indonesia pada 2024 mencapai 1,91 miliar dolar AS atau sekitar Rp31,3 triliun, naik 3,24 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1,85 miliar dolar AS (Rp30,36 triliun).

Untuk mendukung ekspansi ini, Kemenperin telah menyediakan berbagai program, seperti fasilitasi pameran dagang, kegiatan business matching, pendampingan, dan edukasi melalui talkshow.

Salah satu acara edukatif tersebut adalah Global Furniture Market 2025 dengan tema Strategic Issues and New Market Potential, Middle East Edition yang digelar secara daring pada 29 April 2025.

Acara ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing furnitur lokal di pasar global.

Potensi Besar di Negara GCC, RI Baru Rebut 0,61 Persen Pasar

Direktur Industri Kecil dan Menengah Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan, Bayu Fajar Nugroho, menyebut Timur Tengah sebagai kawasan strategis dengan permintaan furnitur yang tinggi.

Menurut data dari trademark.org, nilai impor furnitur di negara-negara Gulf Cooperation Council (GCC) sepanjang 2024 mencapai 4,71 miliar dolar AS atau sekitar Rp77,3 triliun.

Namun, pangsa pasar furnitur Indonesia di kawasan tersebut masih sangat kecil, yaitu hanya 0,61 persen atau sekitar 29,1 juta dolar AS (Rp477 miliar).

Bayu menilai kondisi ini sebagai peluang besar yang harus dimanfaatkan, terutama karena preferensi konsumen Timur Tengah terus berkembang dan terbuka terhadap desain serta kualitas produk dari Indonesia.

Ia juga menekankan bahwa kesiapan industri nasional harus mencakup kualitas produk, desain inovatif, standardisasi, sertifikasi, dan kemampuan ekspor yang memadai.

Indonesia juga dinilai memiliki keunggulan kompetitif berupa bahan baku khas dan desain furnitur yang unik.

Namun, diversifikasi pasar perlu terus didorong agar industri tidak bergantung pada pasar tradisional saja dan lebih siap menghadapi persaingan global.

Penulis :
Balian Godfrey