billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Sawit di Lahan Gambut Tak Harus Dihindari, Ini Syarat Agar Tetap Berkelanjutan dan Produktif

Oleh Gian Barani
SHARE   :

Sawit di Lahan Gambut Tak Harus Dihindari, Ini Syarat Agar Tetap Berkelanjutan dan Produktif
Foto: Kelapa sawit di lahan gambut bisa tetap berkelanjutan jika dikelola dengan prinsip ilmiah dan dukungan sosial(Sumber: Antara/ HO YKAN)

Pantau - Perkebunan kelapa sawit di lahan gambut tropis tidak selalu harus dipandang negatif, karena jika dikelola dengan prinsip keberlanjutan, komoditas ini justru bisa memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan secara bersamaan.

Ketika tiga manfaat utama ini terpenuhi, maka sawit dapat menjadi salah satu sektor yang mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Dari sisi ekonomi, perkebunan sawit telah berkontribusi terhadap pemasukan devisa negara, pembangunan daerah, dan peningkatan kesejahteraan petani.

Saat pandemi COVID-19 melanda, sektor pertanian tetap menunjukkan pertumbuhan positif berkat dukungan kuat dari subsektor kelapa sawit.

Manfaat Sosial, Lingkungan, dan Pentingnya Pengelolaan Air

Secara sosial, perkebunan sawit rakyat maupun swasta terbukti membantu pembangunan desa, mengurangi kemiskinan, mendorong pemerataan ekonomi, dan mengatasi ketimpangan pendapatan.

Dalam hal lingkungan, sawit mampu menyerap karbon dioksida (CO₂), menghasilkan oksigen (O₂), dan menyimpan karbon dalam biomassa tanaman seperti akar, batang, daun, dan buah.

Tidak ada tanaman lain yang seefisien sawit dalam menyerap dan menyimpan karbon, sehingga komoditas ini mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca.

Riset yang dilakukan penulis pada periode 2020—2022 menunjukkan bahwa sawit di lahan gambut bisa dikelola secara berkelanjutan, asalkan dilakukan pengelolaan air yang bertanggung jawab dan didukung oleh masyarakat sekitar.

Lahan gambut terbentuk di daerah rawa dalam satu kesatuan hidrologis, sehingga pengelolaan air tidak cukup hanya dilakukan dari dalam kebun, melainkan harus memperhatikan kondisi lingkungan di sekitarnya.

Dukungan sosial dari masyarakat sekitar kebun menjadi kunci keberhasilan pengelolaan air yang berkelanjutan dan produktif.

Sinergi antara pihak internal kebun dan eksternal masyarakat sangat penting karena tanpa dukungan sosial, banyak teori ilmiah gagal diterapkan di lapangan.

Rekomendasi utama dalam pengelolaan air di lahan gambut adalah menjaga stabilitas muka air tanah untuk memastikan produktivitas optimal sawit.

Drainase yang berlebihan dapat merusak lingkungan, sementara jika terlalu dangkal, produktivitas tanaman sawit akan menurun.

Disertasi doktoral penulis menunjukkan bahwa produktivitas sawit mulai menurun jika muka air terlalu dangkal (< 67 cm), dan mencapai puncaknya hingga kedalaman 101 cm.

Namun, regulasi pemerintah yang mengharuskan rata-rata muka air di angka 40 cm sulit mendukung produktivitas optimal.

Simulasi di perkebunan sawit swasta di Siak, Riau, menunjukkan bahwa muka air ideal berada di ≤ 50 cm dengan kelembapan tanah minimal 0,6 m³/m³.

Melalui pendekatan Multi-Dimensional Scaling (MDS), kebun tersebut dinilai sangat berkelanjutan dengan nilai skor 84,17.

Strategi Optimalisasi dan Peran Inovasi

Beberapa strategi direkomendasikan untuk optimalisasi pengelolaan air, antara lain:

Pemasangan bangunan bendung (weir) di setiap titik keluar air untuk menjaga stabilitas muka air tanah.

Teknik pemblokiran kanal dan penanaman vegetasi penutup sebagai upaya pencegahan kebakaran.

Penerapan sistem peringatan dini berbasis pemantauan real-time kelembapan tanah dan muka air.

Integrasi dengan kegiatan sosial seperti edukasi masyarakat, kemitraan swasta-petani, panduan praktik baik, dan penerapan regulasi yang efektif.

Dengan dukungan sosial yang kuat, inovasi dan teknologi hasil riset bisa diterapkan secara nyata dan berkelanjutan.

Perkebunan kelapa sawit di lahan gambut pun akhirnya dapat menjadi bagian dari solusi keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan Indonesia.

Penulis :
Gian Barani