Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Gunung Raja Paksi Tegaskan Komitmen Industri Hijau, Gunakan 70 Persen Scrap dan PLTS Atap 9,3 MWp

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Gunung Raja Paksi Tegaskan Komitmen Industri Hijau, Gunakan 70 Persen Scrap dan PLTS Atap 9,3 MWp
Foto: Komitmen GRP dorong industri baja rendah emisi melalui teknologi bersih dan energi terbarukan.(Sumber: Antara/HO/PT.GRP)

Pantau - PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), produsen baja terintegrasi Indonesia, menegaskan komitmennya terhadap keberlanjutan melalui kolaborasi lintas sektor untuk membangun industri hijau rendah emisi.

Presiden Direktur GRP, Fedaus, menyatakan bahwa keberlanjutan adalah bagian integral dari strategi bisnis perusahaan, terutama di sektor baja yang dikenal sebagai penyumbang emisi tinggi.

GRP telah sepenuhnya mengadopsi teknologi Electric Arc Furnace (EAF) dalam proses produksinya, dengan sekitar 70 persen bahan baku berasal dari scrap, sebagai langkah konkret mendukung ekonomi sirkular dan menurunkan emisi karbon.

Inisiatif Energi Bersih dan Persiapan Hadapi Regulasi Global

Sebagai bagian dari upaya transisi energi, GRP mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap berkapasitas 9,3 megawatt-peak (MWp), salah satu yang terbesar di Jawa Barat.

Perusahaan juga telah mengantongi sertifikasi Standar Industri Hijau dari Kementerian Perindustrian serta Green Label Indonesia dari GPCI dengan predikat Gold.

Selain itu, GRP mengadopsi Environmental Product Declaration (EPD) untuk meningkatkan transparansi terhadap jejak karbon produknya, sekaligus mempersiapkan diri menghadapi regulasi internasional seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM).

Dukung Agenda NZE 2050 dan Perkuat Daya Saing Baja Nasional

GRP turut serta dalam Forum Industri Hijau Nasional 2025 di Bandung pada 30 April sebagai bentuk dukungan terhadap agenda Net Zero Emission (NZE) Indonesia dan penguatan daya saing sektor baja nasional.

Fedaus menegaskan komitmen GRP untuk terus berkontribusi dalam menciptakan industri yang lebih hijau, tangguh, dan kompetitif secara global.

Dalam forum yang sama, Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menekankan pentingnya transformasi industri sebagai respons atas krisis iklim dan tantangan pasar global.

Pemerintah menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sektor industri sebesar 31–43 persen pada 2030 dan pencapaian NZE pada 2050.

Penulis :
Balian Godfrey