billboard mobile
HOME  ⁄  Nasional

QRIS, Kartu Kredit Daerah, dan Lonjakan Transaksi Digital

Oleh Gian Barani
SHARE   :

QRIS, Kartu Kredit Daerah, dan Lonjakan Transaksi Digital
Foto: Transformasi Ekonomi Digital di Bali Meningkat, Tantangan UMKM dan Keamanan Siber Masih Jadi Sorotan(Sumber: ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna)

Pantau - Di tengah suasana santai sebuah kedai kopi di Denpasar, penggunaan pembayaran digital seperti QRIS kini menjadi pemandangan umum di kalangan anak muda Bali, menandai transformasi ekonomi digital yang kian merata.

Bank Indonesia (BI) mencatat, hingga Maret 2025, lebih dari 959 ribu gerai usaha di Bali menggunakan QRIS, dengan 96 persen di antaranya merupakan pelaku UMKM.

Jumlah pengguna QRIS di Bali telah menembus angka satu juta, dengan rata-rata transaksi bulanan mencapai 10,7 juta kali dan nominal Rp1,54 triliun.

Digitalisasi juga menyasar layanan pemerintahan daerah, mulai dari pembayaran PBB, pajak kendaraan, hingga retribusi lainnya, termasuk implementasi Kartu Kredit Indonesia (KKI).

Pada 2023 hanya empat pemda di Bali yang menggunakan KKI dengan nilai Rp116 juta, namun pada 2024 sudah meningkat pesat menjadi Rp2,23 miliar yang tersebar di seluruh pemda.

Realisasi digitalisasi tertinggi tercatat di Denpasar, Badung, Gianyar, Klungkung, dan Pemprov Bali, dengan lebih dari 80 persen layanan telah digital, sementara Tabanan, Jembrana, dan Bangli masih di bawah 55 persen.

Potensi Besar dan Tantangan Menuju Pulau Digital

Bali memiliki potensi besar dalam transformasi ekonomi digital dengan 70 persen penduduknya berusia produktif, sekitar 3 juta jiwa, menurut data BPS Bali.

Dukungan infrastruktur juga cukup merata, terutama di wilayah pariwisata, dengan kecepatan internet rata-rata mencapai 38,49 Mbps berdasarkan data Ookla.

Bank Dunia mencatat 10–15 persen rumah tangga di Bali kini terlibat dalam aktivitas e-commerce.

Transaksi QRIS lintas negara juga menunjukkan pertumbuhan, dengan nilai mencapai Rp1,38 miliar melalui 6.500 transaksi per Maret 2025, didukung kerja sama Bank BPD Bali dengan Thailand, Singapura, dan Malaysia.

Pemerintah Bali mendorong ekonomi Kerthi Bali yang berorientasi pada kemandirian, lingkungan, dan keberlanjutan, dengan sektor digital dan ekonomi kreatif sebagai pilar utama di luar pariwisata.

Anak-anak muda Bali mulai banyak terlibat dalam bidang animasi, gim, ilustrasi digital, dan konten media sosial, seperti yang dilakukan Dewa Gede Raka Jana Nuraga yang menghasilkan karya dan royalti digital.

Namun dari total 448.434 UMKM di Bali per Desember 2024, baru sekitar 34 persen yang mengadopsi digitalisasi.

Tantangan yang dihadapi meliputi rendahnya adopsi digital oleh UMKM, risiko kejahatan siber, serta kebutuhan akan edukasi, regulasi, dan pemerataan infrastruktur.

Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dianggap kunci agar Bali benar-benar menjadi pulau digital secara menyeluruh, bukan hanya sebatas slogan.

Penulis :
Gian Barani