
Pantau - Anggota DPR RI Ateng Sutisna mendesak pemerintah untuk memperkuat pendidikan karakter di sekolah sebagai langkah strategis menekan lonjakan kasus HIV, khususnya di kalangan remaja.
Lonjakan Kasus dan Kritik terhadap Sistem Pendidikan
Ateng menilai sekolah tidak boleh hanya menjadi tempat “datang, duduk, diam”, tetapi harus mendidik siswa secara akademik sekaligus membentuk karakter dan akhlak.
Pernyataan ini disampaikannya menyusul laporan lonjakan kasus HIV di Kabupaten Majalengka, daerah pemilihannya di Jawa Barat.
Data Dinas Kesehatan menunjukkan lebih dari 800 kasus HIV tercatat pada kelompok usia 15–24 tahun selama tahun 2025.
Penularan di kalangan remaja banyak dikaitkan dengan perilaku seksual berisiko serta kurangnya pemahaman mengenai kesehatan reproduksi.
Ateng menekankan pentingnya sistem pendidikan yang menyentuh aspek pembinaan karakter menyeluruh dan berkelanjutan.
Menurutnya, remaja membutuhkan keteladanan, pendidikan agama, serta pembinaan nilai tanggung jawab sosial sejak usia dini.
Peran Lembaga dan Upaya Kolaboratif
Ia juga mendorong Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) agar tidak hanya fokus pada kekerasan fisik terhadap anak, tetapi juga memperluas perhatian pada isu moralitas dan perilaku berisiko.
Ateng menyerukan kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Majalengka, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dan institusi pendidikan.
Tujuan kolaborasi ini adalah untuk memperluas literasi hidup sehat, memberikan pendidikan seksualitas yang bermoral, serta membentuk pusat-pusat konseling bagi remaja.
Ia menegaskan pentingnya tidak mengucilkan remaja yang telah terinfeksi HIV.
Pemerintah, menurut Ateng, wajib memberikan pendampingan menyeluruh agar mereka tetap semangat menjalani hidup dan memiliki masa depan yang cerah.
- Penulis :
- Balian Godfrey