
Pantau - Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University, Dr Irfan Syauqi Beik, menekankan pentingnya memahami karakteristik zakat agar tidak diperlakukan seperti sistem bisnis yang berorientasi pada keuntungan.
"Zakat memiliki dimensi spiritual, sosial ekonomi, dan politik. Maka sistem zakat tidak bisa dipaksakan tunduk pada logika bisnis yang profit-oriented, karena hakikatnya adalah maslahat-oriented, bahkan zero profit," tegas Irfan.
Ia mengingatkan agar pendekatan komersial dalam pengelolaan zakat diterapkan dengan sangat hati-hati agar tidak menghilangkan esensi zakat sebagai instrumen keadilan sosial.
Zakat Bukan Filantropi atau Pasar Bebas
Irfan menyampaikan bahwa zakat bukanlah instrumen pasar bebas yang tunduk pada mekanisme kompetisi, efisiensi, atau merger seperti dalam dunia usaha.
"Oleh karena itu, menurut saya, dalam konteks zakat, kita harus kembali ke prinsip-prinsip sistem zakat yang utuh. Seperti filosofi satu tubuh, di mana negara dan masyarakat berperan bersama," ujarnya.
Ia juga mengkritik kecenderungan menyamakan zakat dengan filantropi, karena secara hukum dan karakteristik, keduanya sangat berbeda.
"Pengelolaan zakat bukanlah ranah untuk merger, akuisisi, atau kompetisi efisiensi seperti dalam dunia bisnis. Karena itu saya sering berbeda pandangan dengan mereka yang mengategorikan zakat sebagai bagian dari filantropi. Filantropi berbasis pada kedermawanan, sedangkan zakat bersifat wajib atau dalam istilah lain pemaksaan hukum agama," jelasnya.
Dorong Sinergi Negara dan Masyarakat dalam Ekosistem Zakat
Menurut Irfan, sistem zakat harus dibangun melalui integrasi ekosistem yang melibatkan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan berbagai lembaga zakat lainnya dalam kerangka kerja yang harmonis.
Ia menolak pendekatan keuangan komersial yang memperlakukan zakat seolah sektor usaha yang bersaing, sementara negara bertindak sebagai wasit.
Irfan meyakini bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi model ideal dalam pengelolaan zakat, dengan pendekatan sinergis antara peran negara dan masyarakat.
"Yang kita perlukan adalah membangun lembaga yang mampu mengintegrasikan kedua peran ini, bukan bersaing tetapi bersinergi," pungkas Irfan Syauqi Beik.
- Penulis :
- Balian Godfrey