Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Tokocrypto Soroti Rendahnya Literasi Kripto Meski Investor Tembus 14 Juta Orang

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

Tokocrypto Soroti Rendahnya Literasi Kripto Meski Investor Tembus 14 Juta Orang
Foto: Tokocrypto merayakan ulang tahun ke-6 di Jakarta (sumber: Tokocrypto)

Pantau - Tokocrypto menyoroti masih rendahnya tingkat literasi masyarakat terhadap aset digital, meski jumlah investor kripto di Indonesia telah menembus angka 14,16 juta orang hingga April 2025.

CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, menyatakan bahwa tingginya minat terhadap investasi kripto harus dibarengi dengan pemahaman yang menyeluruh agar masyarakat tidak sekadar terbawa euforia.

"Literasi kripto yang minim sangat berisiko bagi investor pemula karena berpotensi menyebabkan kerugian besar," ujar Calvin dalam pernyataannya.

Program Edukasi dan Ajakan Sinergi

Tokocrypto terus mendorong program edukasi ke berbagai lapisan masyarakat, mulai dari komunitas, kampus, hingga daerah terpencil.

Langkah ini dilakukan untuk menciptakan ekosistem investasi kripto yang sehat dan berkelanjutan di Indonesia.

Calvin menegaskan bahwa upaya edukasi ini tidak bisa hanya dilakukan oleh sektor swasta, melainkan perlu kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan pelaku industri.

"Sinergi antara sektor swasta, pemerintah, dan institusi pendidikan menjadi kunci dalam membangun pemahaman masyarakat terhadap aset digital," katanya.

Tokocrypto juga mengusulkan agar Indonesia meniru pendekatan negara lain, seperti Singapura, yang sukses meningkatkan literasi kripto lewat dunia pendidikan.

Singapura Jadi Contoh Edukasi Kripto

Calvin mengungkapkan bahwa Singapura berhasil mengintegrasikan teknologi blockchain dan kripto ke dalam sistem pendidikan nasionalnya.

Beberapa universitas terkemuka di negara tersebut, seperti National University of Singapore (NUS) dan Nanyang Technological University (NTU), telah menawarkan mata kuliah khusus tentang blockchain dan kripto.

Pemerintah Singapura melalui Monetary Authority of Singapore (MAS) juga mendukung penuh upaya edukasi ini.

"Indonesia harus belajar dari negara-negara yang telah sukses membangun pemahaman masyarakat terhadap teknologi kripto secara menyeluruh," ujar Calvin.

Data Literasi Masih Tertinggal

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat peningkatan jumlah investor kripto dari 13,71 juta orang pada Maret menjadi 14,16 juta orang pada April 2025.

Nilai transaksi kripto nasional pun mengalami kenaikan dari Rp32,45 triliun menjadi Rp35,61 triliun dalam periode yang sama.

Namun, menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025, belum tersedia data khusus mengenai indeks literasi kripto.

Aset kripto masih dikategorikan dalam kelompok lembaga jasa keuangan lain dalam Data Nasional Keuangan Inklusif (DNKI).

Indeks literasi keuangan nasional tercatat sebesar 66,64 persen, tertinggal dari indeks inklusi keuangan yang mencapai 92,74 persen.

Sementara itu, indeks literasi keuangan syariah lebih rendah lagi, yakni hanya 43,42 persen.

Penulis :
Arian Mesa