
Pantau - Anggota Tim Pengawas Haji DPR RI, dr. Edy Wuryanto, menyoroti ketimpangan rasio antara jumlah tenaga kesehatan dan jemaah haji Indonesia di Arab Saudi yang berdampak pada pelayanan kesehatan yang tidak maksimal.
dr. Edy menyebut saat ini rasio tenaga medis dengan jemaah adalah 1 banding 400, angka yang dinilainya sangat tidak ideal untuk melayani lebih dari 221.000 jemaah haji Indonesia.
"Saat ini rasio tenaga kesehatan dengan jumlah jemaah haji sekitar 1 banding 400. Ini sangat tidak ideal dan harus dievaluasi ulang. Pelayanan kesehatan jemaah jadi kurang maksimal," tegasnya.
Ia juga mengkritisi pembatasan aktivitas medis oleh otoritas Saudi yang hanya memperbolehkan tenaga medis Indonesia beroperasi di area hotel jemaah.
Kondisi ini menyebabkan keterlambatan dalam proses perujukan jemaah sakit ke rumah sakit rujukan Saudi.
dr. Edy menekankan pentingnya pendekatan promotif dan preventif di lapangan dengan deteksi dini, pemantauan rutin, dan klasifikasi risiko jemaah menjadi high risk, middle risk, dan low risk.
Ia menyayangkan tidak beroperasinya Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) pada musim haji 1446 H/2025 M yang selama ini berfungsi sebagai titik transit perujukan medis.
"Fungsi klinik kesehatan haji itu sangat penting... Tahun depan seharusnya klinik ini kembali dibuka," ujar dr. Edy.
Ia juga mendorong pemerintah menjajaki kerja sama diplomatik dengan Arab Saudi untuk mendirikan Rumah Sakit Haji Indonesia di Makkah demi meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan efektivitas komunikasi.
dr. Edy berkomitmen membawa gagasan tersebut ke Komisi IX DPR RI untuk ditindaklanjuti bersama Kementerian Kesehatan.
KKHI sendiri sempat tidak diizinkan beroperasi pada awal musim haji, namun setelah lobi diplomatik, Saudi mengizinkan kembali dengan catatan bahwa penanganan pasien lanjutan tetap menjadi kewenangan rumah sakit lokal.
- Penulis :
- Balian Godfrey