
Pantau - Pendaftaran program Ekspedisi Patriot 2025 resmi ditutup oleh Kementerian Transmigrasi (Kementrans) pada Rabu, 25 Juni 2025 pukul 23.59 WIB dengan total pendaftar mencapai 3.007 orang, melebihi kuota yang tersedia sebanyak 150,35 persen.
Pendaftaran program ini telah dibuka sejak 28 Mei 2025 melalui laman resmi Kementrans serta tujuh perguruan tinggi mitra yang ditunjuk sebagai penyelenggara.
Kuota yang disediakan tahun ini sebanyak 2.000 peserta, namun minat yang tinggi dari kalangan mahasiswa menyebabkan jumlah pendaftar membludak.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mencatat jumlah pendaftar terbanyak sebanyak 566 orang, disusul oleh IPB University sebanyak 532 orang, Universitas Diponegoro (UNDIP) 526 orang, Universitas Padjadjaran (UNPAD) 381 orang, Institut Teknologi Bandung (ITB) 376 orang, Universitas Gadjah Mada (UGM) 323 orang, dan Universitas Indonesia (UI) 303 orang.
Setiap universitas mitra mendapat jatah kuota 285 peserta, kecuali UGM yang memperoleh 290 peserta.
Peserta dari Daerah dan Kolaborasi Internasional
Selain universitas mitra, Kementrans juga melibatkan mahasiswa dan peneliti dari universitas lokal di wilayah sasaran program ekspedisi.
Peserta dari daerah tersebut antara lain satu peneliti dari Universitas Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT), satu mahasiswa dari Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Kepulauan Riau, dua mahasiswa dari Universitas Musamus, Papua Selatan, dua mahasiswa dari Universitas Sulawesi Barat (UNSULBAR), dan dua mahasiswa dari Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah.
Program ini juga melibatkan kolaborasi internasional, dengan kehadiran seorang peneliti asing asal Jerman yang akan menjadi narasumber bagi tim dari UNDIP.
Fokus Ekspedisi dan Harapan Pemerintah
Menteri Transmigrasi Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara mengungkapkan bahwa peserta ekspedisi akan fokus pada pemetaan potensi lokal dan perencanaan investasi, desain ekosistem industrialisasi berbasis kawasan transmigrasi, serta perumusan kebijakan transpolitan yang akan menjadi acuan pembangunan nasional di 154 kawasan transmigrasi.
"Tim Ekspedisi Patriot adalah bentuk nyata kolaborasi antara dunia pendidikan dan pemerintah dalam mengakselerasi transformasi transmigrasi yang berbasis potensi lokal. Mahasiswa tidak hanya belajar di ruang kelas, tetapi juga membangun masa depan dari desa-desa kita, dalam ruang realitas," ungkapnya.
Sebelum diberangkatkan ke lokasi, seluruh peserta akan menjalani pelatihan vokasi, pendampingan usaha, dan sertifikasi kompetensi guna membekali mereka dengan keterampilan praktis di lapangan.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat Transmigrasi, Velix Vernando Wanggai, menyatakan bahwa antusiasme pendaftar mencerminkan semangat generasi muda dalam pembangunan daerah.
"kami berharap tim Ekspedisi Patriot menjadi motor utama dalam membangun dan mengembangkan kawasan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru yang inklusif, produktif, dan terintegrasi," ia mengungkapkan.
- Penulis :
- Shila Glorya