
Pantau - Suasana diskusi antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan 14 pimpinan kantor berita dunia berubah tegang saat topik beralih ke perang Ukraina dalam pertemuan tertutup di St Petersburg, Rusia, pada 18 Juni 2025.
Pertemuan tersebut digelar di sela Sidang Umum Ke-19 OANA dan Forum Ekonomi Internasional St Petersburg (SPIEF), dihadiri oleh media dari berbagai negara, termasuk ANTARA (Indonesia), TASS (Rusia), Xinhua (China), AFP, AP, Reuters, DPA, EFE, dan lainnya.
Ketegangan bermula saat Martin Romanczyk dari kantor berita Jerman, DPA, menanyakan apakah Kanselir Jerman Friedrich Merz bisa menjadi mediator damai Rusia-Ukraina dan lebih efektif daripada Donald Trump.
Putin menjawab serius bahwa pemimpin Eropa justru memutus hubungan dan membantu Ukraina melawan Rusia.
"Jerman boleh dianggap sebagai pihak yang aktif dalam peperangan ini," tegasnya.
Putin menyatakan bahwa Jerman bukan negara netral karena aktif memberi bantuan militer ke Ukraina, dan hal itu sangat merisaukan Moskow.
Romanczyk tidak melanjutkan pertanyaannya setelah mendengar pernyataan tersebut.
Putin Tegaskan Perang Ukraina sebagai Respons, Kritik NATO dan Sindir Pengiriman Rudal Taurus
James Jordan dari Associated Press menyinggung sikap Rusia yang menolak agresi Israel ke Iran tetapi melakukan serangan ke Ukraina.
Putin menjawab bahwa Rusia tidak memulai perang, melainkan merespons kudeta di Kiev yang menyakiti rakyat Donetsk dan Luhansk.
Ia menyebut bahwa tujuan Rusia adalah demiliterisasi Ukraina agar tak menjadi ancaman, dan Rusia sempat mencapai kesepakatan di Istanbul, tetapi Ukraina menarik diri karena dukungan dari Barat.
"Perundingan harus dilakukan dengan kekuatan bersenjata," ungkap Putin.
Namun, ia juga menyatakan terbuka terhadap jalur damai jika dapat mencapai tujuan yang sama.
Jordan kemudian bertanya kemungkinan bertemu Donald Trump, dan Putin menyambut baik, menyebut Trump sebagai politisi sekaligus pebisnis cermat yang mungkin dapat menjembatani kesepakatan.
Romanczyk kembali mengangkat isu pengiriman rudal Taurus oleh Jerman.
Putin memperingatkan bahwa rudal itu hanya bisa dikendalikan oleh perwira Jerman, sehingga setara dengan pengerahan pasukan ke Ukraina.
Ia menyatakan bahwa langkah itu bisa merusak hubungan bilateral Rusia-Jerman, meskipun secara militer tidak akan berdampak signifikan di medan perang.
"Layakkah merusak hubungan hanya demi mengirim rudal Taurus?" tanyanya retoris.
Putin Nilai NATO Membesar-besarkan Ancaman Rusia dan Serukan Fokus pada Ekonomi
Jose Manuel Sanz Mingote dari kantor berita Spanyol EFE menanyakan peningkatan anggaran pertahanan oleh negara-negara NATO.
Putin menjawab bahwa persenjataan NATO bukan ancaman nyata bagi Rusia karena Moskow terus menyempurnakan sistem pertahanannya.
Ia menyebut tuduhan bahwa Rusia akan menyerang NATO adalah "kebohongan besar" untuk membenarkan lonjakan anggaran militer Barat sejak 2014.
Menurut Putin, langkah NATO tersebut "tidak rasional, tanpa dasar, dan omong kosong".
Ia bahkan menyindir bahwa NATO lebih baik membangun kembali industri otomotif daripada menghamburkan dana untuk militer.
Pertemuan ditutup oleh moderator Mikhail Gusman dari kantor berita TASS dengan pertanyaan soal pembunuhan wartawan di medan perang Ukraina.
Putin menyatakan bahwa kematian wartawan adalah tragedi besar dan merupakan kejahatan jika dilakukan dengan sengaja.
Ia mendorong agar isu ini dibahas di tingkat Perserikatan Bangsa-Bangsa dan menyampaikan belasungkawa terhadap semua wartawan yang gugur dari negara manapun.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf