Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Menag Nasaruddin Umar Tegaskan Pentingnya Pendekatan Humanis dan Toleransi dalam Kehidupan Beragama

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Menag Nasaruddin Umar Tegaskan Pentingnya Pendekatan Humanis dan Toleransi dalam Kehidupan Beragama
Foto: Menag Nasaruddin Umar Tegaskan Pentingnya Pendekatan Humanis dan Toleransi dalam Kehidupan Beragama(Sumber: ANTARA/HO-Kemenag/aa.)

Pantau - Menteri Agama Nasaruddin Umar menekankan pentingnya pendekatan ramah dan humanis dalam kehidupan beragama saat melakukan kunjungan kerja dan pembinaan ASN Kemenag di Provinsi Jambi, sekaligus melantik sejumlah tokoh lintas agama dan pengurus keagamaan.

Wujudkan Agama Sebagai Kekuatan Peradaban, Bukan Pemecah Belah

Dalam pembinaannya, Menag menegaskan bahwa praktik kehidupan beragama harus mencerminkan nilai-nilai perdamaian, bukan justru menimbulkan ketegangan sosial akibat pemaksaan tafsir.

"Lebih baik orang itu aktif beragama, daripada kebalikan agama yang dilakukan. Karena kalau kebalikan agama yang dilakukan, ya membohong, garong, dan segala macam. Mana yang lebih baik? Ya lebih baik kita pelihara orang yang aktif pergi beribadah," ungkap Nasaruddin.

Ia mengingatkan agar masyarakat Indonesia tidak saling mencurigai hanya karena berbeda agama atau cara beragama.

"Jangan membenci agama, jangan membenci orang beragama, jangan sentimen terhadap umat beragama," tegasnya.

Nasaruddin mencontohkan Rasulullah SAW yang membolehkan tokoh agama lain seperti Kristen Ortodoks dan Zoroaster beribadah di Masjid Nabawi karena saat itu di Madinah tidak ada rumah ibadah lain.

"Ini menunjukkan kelapangan hati seorang pemimpin agama," ujarnya.

Toleransi dalam konteks inilah, menurut Menag, yang harus diwarisi oleh para pemuka agama masa kini.

Imam Masjid Harus Berwibawa, Masjid Perlu Kembali ke Fungsi Strategis

Menag juga menyoroti peran penting imam masjid yang tidak cukup hanya pandai mengaji, tetapi juga harus memiliki integritas dan akhlak yang kuat.

"Tidak bisa disebut imam kalau tidak punya wibawa. Imam adalah tokoh masyarakat, tidak cukup hanya pintar mengaji, tetapi juga harus konsisten akhlaknya," jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa sejak masa Rasulullah, masjid memiliki fungsi strategis yang luas, mulai dari sekretariat negara, rumah sakit, lembaga pendidikan, balai pertemuan, hingga tempat seni dan keterampilan.

"Masjid Nabi itu bukan hanya tempat salat. Ia adalah sekretariat negara, rumah sakit, lembaga pendidikan, balai pertemuan, bahkan tempat kesenian dan keterampilan. Ini sejarahnya jelas, dan kita harus menghidupkan kembali fungsi strategis masjid seperti itu," pungkas Menag.

Apresiasi Deklarasi Kerukunan dan Simbol Toleransi Lintas Agama

Dalam kunjungan tersebut, Nasaruddin juga melantik pengurus Ittihadul Persaudaraan Imam Masjid (IPIM), mengukuhkan pemuda dan perempuan lintas agama, serta menyaksikan deklarasi kerukunan tokoh lintas agama Provinsi Jambi.

Ia menyampaikan bahwa semua agama pada dasarnya melarang kejahatan dan seharusnya menjadi kekuatan untuk menurunkan angka kriminalitas.

"Kalau semua umat beragama menjalankan agamanya dengan taat, maka tidak ada kejahatan. Semua agama melarang pembunuhan, pencurian, penculikan. Tidak ada agama yang membenarkan itu," tegasnya.

Sebagai simbol toleransi dan keberagaman, Menag juga melakukan penanaman Pohon Bodhi di lingkungan Asrama Haji Jambi, yang dikenal sebagai simbol penting dalam ajaran Buddha.

Acara ini turut dihadiri oleh Gubernur Jambi Al Haris, Staf Khusus Menag Ismail Cawidu, Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Muhammad Zain, Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jambi, serta para pejabat Kementerian Agama lainnya.


 

Penulis :
Aditya Yohan