Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Pertemuan Negara Coral Triangle Bahas Peluang Bali Bebas Sampah Plastik dalam 5 Tahun

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Pertemuan Negara Coral Triangle Bahas Peluang Bali Bebas Sampah Plastik dalam 5 Tahun
Foto: Pertemuan Negara Coral Triangle Bahas Peluang Bali Bebas Sampah Plastik dalam 5 Tahun(Sumber: ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari)

Pantau - Negara-negara dalam kawasan segitiga terumbu karang mengadakan pertemuan Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) di Denpasar, Rabu, 9 Juli 2025, untuk merumuskan rencana aksi pengurangan sampah plastik laut, dengan Pulau Bali dijajaki sebagai proyek percontohan kawasan bebas plastik.

Rili Djohani, Direktur Eksekutif Coral Triangle Center, menyampaikan bahwa Bali memiliki peluang besar untuk menjadi pulau bebas sampah plastik jika ada kerja sama antara sektor pariwisata, pemerintah daerah, dan masyarakat.

"Saya pikir kita bisa membebaskan Pulau Bali dari plastik, hanya perlu kerja sama penyuluhan, pelatihan, dan komitmen untuk membersihkan laut, Bali bisa jadi contoh buat Indonesia dan dunia", ungkap Rili.

Ia menambahkan, tingginya potensi pemasukan dari sektor pariwisata memungkinkan pelaku usaha berkontribusi melalui investasi dalam pengelolaan sampah, dengan dukungan anggaran dari pemerintah daerah.

Negara Coral Triangle Hadapi Krisis Plastik dan Dampaknya pada Terumbu Karang

Asosiasi CTI-CFF terdiri dari enam negara: Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor-Leste.

Keenam negara ini merupakan penyumbang utama dari 13 juta ton sampah plastik yang masuk ke laut setiap tahun.

Mereka juga menjadi habitat bagi 76 persen spesies terumbu karang dunia, yang kini terdampak serius akibat polusi plastik laut.

"Masalah plastik besar sekali, kita lihat saja Bali, dampak ke kesehatan sudah jelas makanan kita dari laut ada mikro plastik masuk ke ikan dan penyu, ke koral juga akan mati karena plastik bisa menutup karang dan tidak bisa nafas atau dapat cahaya yang cukup", jelas Rili.

Menurutnya, Pulau Bali dapat dibebaskan dari sampah plastik dalam waktu lima tahun karena luas wilayahnya yang relatif kecil dan potensi untuk pengelolaan terintegrasi dari tingkat provinsi hingga desa.

"Bisa kita buat Bali bebas dalam 5 tahun, karena pulau ini tidak terlalu besar, di negara lain sudah dicapai, yang penting itu mulai dari tingkat provinsi sampai ke desa", lanjutnya.

Nusa Penida Jadi Fokus Penanganan, Tantangan Biaya Transportasi Jadi Kendala

Salah satu wilayah terdampak parah di Bali adalah Nusa Penida, kawasan konservasi terumbu karang yang kerap menerima kiriman sampah plastik di pesisir.

Rili menyebut, biaya transportasi kapal untuk mengangkut limbah dari pulau kecil ke daratan utama menjadi beban besar bagi masyarakat.

"Di Nusa Penida kami sering melihat dampak sampah terutama di atas karang maupun pantai, banyak plastik bisa ditemukan, itu sudah cukup parah, harus dibantu mengambil", ujarnya.

Solusi yang ditawarkan adalah kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah daerah untuk menanggung biaya transportasi tersebut.

WWF: Negara Coral Triangle Harus Kurangi Produksi Plastik dan Tambah Investasi

Klaas Jan Teule, pemimpin program Coral Triangle World Wide Fund (WWF), menyoroti tiga tantangan utama yang dihadapi negara-negara anggota CTI-CFF: tingginya produksi plastik, rendahnya alokasi anggaran untuk pengelolaan sampah, dan minimnya kapasitas masyarakat pesisir dalam mengelola limbah secara mandiri.

"Kita harus mengurangi pemanfaatan plastik, produksi plastik, dan dengan volume sekarang dimana-mana diproduksi khususnya Asia jadi mau tidak mau mengurangi pemanfaatan plastik adalah solusi", ujar Klaas.

Ia menambahkan bahwa investasi pemerintah dalam pengelolaan sampah masih sangat rendah dan tidak berkelanjutan.

"Lalu pemerintah dimana-mana budget mengelola sampahnya sangat rendah, tidak berkelanjutan, jadi harus dinaikkan investasinya kalau tidak akan sangat sulit mengelola skala besar", tegasnya.

Penulis :
Ahmad Yusuf