billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Fenomena Rojali dan Rohana Ungkap Rentannya Kelas Menengah Indonesia terhadap Jebakan Pendapatan Menengah

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Fenomena Rojali dan Rohana Ungkap Rentannya Kelas Menengah Indonesia terhadap Jebakan Pendapatan Menengah
Foto: (Sumber: Pengunjung tengah memadati salah satu mal di Jakarta Selatan, Kamis (12/9/204). ANTARA/ Ganet Dirgantoro.)

Pantau - Fenomena Rojali (Rombongan Jarang Beli) dan Rohana (Rombongan Hanya Nanya) yang marak di pusat perbelanjaan Indonesia menjadi potret nyata kondisi kelas menengah yang tampak konsumtif, namun sebenarnya menghadapi keterbatasan daya beli.

Banyak pengunjung mal yang sekadar datang untuk cuci mata, menikmati hiburan gratis, atau menikmati pendingin ruangan, tanpa melakukan transaksi. Aktivitas konsumsi yang terlihat ramai ini menutupi kenyataan adanya stagnasi ekonomi dan keresahan pengeluaran rumah tangga.

Cermin Konsumsi Semu dan Daya Beli yang Rentan

Istilah Rojali dan Rohana tidak hanya viral di media sosial, tetapi mencerminkan kelas menengah yang secara visual konsumtif namun rapuh secara finansial. Banyak di antara mereka yang hanya “berpura-pura mampu” karena mengalami defisit daya beli.

Fenomena ini mengindikasikan potensi ancaman middle income trap atau jebakan pendapatan menengah, yakni ketika sebuah negara terhenti pada tingkat pertumbuhan tertentu dan gagal naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi. Indonesia termasuk negara yang rentan terhadap jebakan tersebut.

Selama satu dekade terakhir, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di angka sekitar 5 persen per tahun. Angka ini belum cukup untuk menciptakan transformasi struktural yang dibutuhkan dalam sistem ekonomi nasional.

Tantangan Struktural dan Strategi ke Depan

Beberapa penyebab utama kondisi ini meliputi dominasi sektor informal, ketimpangan kualitas pendidikan, dan produktivitas nasional yang masih rendah. Tanpa terobosan kebijakan yang menyasar akar persoalan, kelas menengah akan terus berada dalam tekanan struktural.

Untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah, Indonesia membutuhkan arah kebijakan ekonomi yang lebih produktif, inklusif, dan berkeadilan, bukan hanya pertumbuhan angka semu yang tercermin dari kepadatan pusat belanja.

Penulis :
Aditya Yohan