billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Laut Indonesia Harus Dilindungi Dunia, Bappenas Dorong Konsumsi Ikan sebagai Strategi Ekonomi Biru

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

Laut Indonesia Harus Dilindungi Dunia, Bappenas Dorong Konsumsi Ikan sebagai Strategi Ekonomi Biru
Foto: Tangkapan virtual Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Rachmat Pambudy saat disapa oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono di Jakarta (sumber: ANTARA/M. Baqir Idrus Alatas)

Pantau - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menegaskan bahwa laut Indonesia harus menjadi perhatian global, bukan hanya tanggung jawab bangsa Indonesia sendiri.

"Laut Indonesia bukan hanya harus dilindungi oleh orang Indonesia, tapi harus dilindungi oleh masyarakat dunia," ungkapnya dalam peluncuran Blue Food Assessment (BFA) Indonesia dan Indonesia Blue Economy Index (IBEI) yang digelar di Jakarta pada hari Rabu.

Pentingnya Laut dalam Visi Indonesia Emas 2045

Dalam acara tersebut, Rachmat menjelaskan bahwa laut memiliki fungsi strategis sebagai penghubung, sumber daya alam, dan kehidupan.

Ia menekankan bahwa dalam pembangunan Visi Indonesia Emas 2045, laut diposisikan sebagai sumber kekayaan dan kehidupan bagi generasi umat manusia mendatang.

Selama lima tahun ke depan, pengembangan ekonomi biru akan difokuskan pada pelaksanaan Astacita, sebuah strategi pembangunan jangka panjang nasional.

Rachmat menjelaskan bahwa pelaksanaan Astacita akan mencakup berbagai kebijakan, termasuk pengembangan Blue Food yang dinilai sangat relevan dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.

Konsumsi Ikan dan Tantangan Ketahanan Pangan Global

Secara global, permintaan protein diperkirakan meningkat hingga 70 persen akibat pertumbuhan populasi, sementara kebutuhan pasokan protein akan naik hampir 56 persen pada tahun 2050.

Konsumsi ikan dunia juga menunjukkan tren peningkatan, dari 9,1 kg per kapita pada 1961 menjadi 20,7 kg per kapita pada 2002, dan diproyeksikan mencapai 21,2 kg per kapita pada 2032.

Rachmat mengungkapkan pentingnya menjadikan ikan sebagai sumber protein utama yang efisien dan ramah lingkungan.

"Mengapa kita harus makan ikan? Mengapa ikan penting? Mengapa ikan sangat baik untuk lingkungan kita? Dari struktur konsumsi dan produksi sumber protein hewani, maka ikanlah yang paling efisien, yang paling mahal. (Adapun) yang paling tidak efisien ternak bumi manusia (seperti) sapi, kerbau, kambing. Setelah itu babi, ayam, dan ikan, konversi pakannya paling rendah, dan dari nutrisi, sumber protein terbesar juga yang mengandung omega 3 masih ikan. Karena itu, ikan sangat penting," ia mengungkapkan.

Ia menegaskan bahwa ikan adalah sumber protein dengan kandungan omega 3 tertinggi dan paling hemat dalam konversi pakan dibandingkan ternak lain seperti sapi, kerbau, kambing, babi, dan ayam.

Penulis :
Shila Glorya