
Pantau - Peneliti IPB University, Robi Deslia Waldi, menegaskan bahwa kebakaran hutan masih menjadi ancaman utama dalam pencapaian target Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 Indonesia.
Hal ini disampaikannya dalam FOLU Talks yang diselenggarakan secara daring oleh Kementerian Kehutanan pada Rabu, 6 Agustus 2025.
Robi menyebutkan bahwa sektor kehutanan memegang peranan penting dalam pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), dengan target pemerintah mencapai kondisi net sink sebesar -140 juta ton CO₂ ekuivalen (CO₂e) pada tahun 2030.
Semua Pemangku Kepentingan Harus Terlibat, Teknologi Jadi Pendukung Utama
Untuk mendukung pencapaian target tersebut, Robi menekankan pentingnya kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan—pemerintah, LSM, lembaga pendidikan, masyarakat umum, dan secara khusus generasi muda—dalam kampanye penanggulangan, pengendalian, dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan.
Robi menjelaskan bahwa pendekatan berbasis teknologi terus dikembangkan untuk memperkuat upaya pencegahan dan penanganan kebakaran hutan.
Teknologi yang dimanfaatkan antara lain:
- Pencitraan jarak jauh (remote sensing) untuk memantau titik panas (hotspot) melalui satelit
- Pemantauan konsentrasi PM2.5 untuk mengukur kualitas udara
- Kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi kemunculan hotspot berdasarkan cuaca dan tutupan lahan
- Peta daring yang memberikan akses informasi bagi masyarakat terkait wilayah yang terbakar
"Remote sensing sangat penting untuk mendukung respons cepat oleh BNPB dan BPBD terhadap kejadian kebakaran", jelas Robi.
Tren Penurunan Luas Kebakaran Sejak 2015, Tapi Tantangan Tetap Ada
Robi juga memaparkan data historis yang menunjukkan adanya tren penurunan luas kebakaran hutan dan lahan sejak 2015.
- 2015: 2,6 juta hektare
- 2019: 1,6 juta hektare
- 2020: 296.942 hektare
- 2021: 358.867 hektare
- 2022: 204.894 hektare
- 2023: 1,16 juta hektare
- 2024: 376.805 hektare
Sementara itu, menurut data SiPongi milik Kementerian Kehutanan, luas kebakaran hutan yang tercatat hingga Juni 2025 mencapai 8.594 hektare.
Meskipun angka tersebut lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya, Robi mengingatkan bahwa tantangan tetap besar, terutama dalam mencegah kebakaran yang berulang di lokasi rawan.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf