billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

PTPN IV Targetkan Peremajaan Sawit Rakyat Capai 22 Ribu Hektare pada 2025, Dorong Produktivitas dan Ketahanan Industri

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

PTPN IV Targetkan Peremajaan Sawit Rakyat Capai 22 Ribu Hektare pada 2025, Dorong Produktivitas dan Ketahanan Industri
Foto: (Sumber: Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa. ANTARA/HO-PTPN IV)

Pantau - PTPN IV PalmCo menargetkan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) menjangkau 22 ribu hektare kebun petani mitra sepanjang tahun 2025, sebagai bagian dari strategi memperkuat daya saing industri kelapa sawit nasional.

Realisasi dan Proyeksi PSR Menuju 86 Ribu Hektare

Hingga semester I 2025, realisasi PSR telah mencapai 11 ribu hektare.

Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa, menyampaikan bahwa target 22 ribu hektare ditetapkan untuk dicapai hingga Desember 2025.

Ia menambahkan bahwa secara jangka panjang, hingga tahun 2029, program PSR diharapkan menjangkau total 86 ribu hektare kebun sawit rakyat.

Penguatan program PSR dipandang sebagai solusi atas rendahnya produktivitas minyak sawit mentah (CPO) petani rakyat yang saat ini hanya sekitar 2–3 ton per hektare per tahun.

Tiga langkah utama yang perlu dilakukan untuk mempercepat implementasi PSR antara lain:

  • Relaksasi persyaratan
  • Penyelesaian persoalan sawit dalam kawasan
  • Jaminan penyaluran bibit unggul

Hadapi Tantangan Global, Tingkatkan Produktivitas Domestik

Jatmiko juga menyoroti tantangan di industri sawit yang kian kompleks.

Meskipun CPO merupakan minyak nabati dengan produksi dan konsumsi terbesar di dunia, produktivitas global kini cenderung stagnan.

Ironisnya, harga CPO saat ini justru lebih mahal dibandingkan minyak rapeseed, yang sebelumnya lebih tinggi.

Kondisi ini perlu diantisipasi agar Indonesia tidak tertinggal dalam kompetisi global, terutama menghadapi:

  • Gejolak ekonomi makro
  • Ketegangan geopolitik
  • Perubahan iklim
  • Tekanan isu keberlanjutan

“Kalau kita terlena, kita bisa tertinggal, meskipun selama ini merasa CPO paling produktif dan kompetitif,” ujar Jatmiko.

Bibit Unggul dan ESG Jadi Kunci Penguatan Industri

Selain fokus pada program PSR, penyediaan bibit unggul bagi petani rakyat juga menjadi perhatian utama.

Petani rakyat memiliki porsi terbesar dalam luasan kebun sawit di Indonesia, sehingga produktivitas mereka akan sangat menentukan ketahanan industri.

Saat ini, produksi bibit sawit bersertifikat dari 20 produsen resmi mencapai 4,1 juta bibit, dengan produksi kecambah menyentuh angka 241 juta — melebihi estimasi kebutuhan tahun 2025 sebesar 151 juta.

Namun tantangan terbesar terletak pada keunggulan varietas untuk memastikan produktivitas optimal.

Dari total bibit bersertifikat tersebut, 77 persen atau 3,2 juta bibit diproduksi oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).

Bibit unggul ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan replanting dan pembukaan areal baru yang terus meningkat.

Peningkatan produktivitas CPO nasional menjadi penting dalam mendukung kebutuhan biodiesel domestik, terutama kebijakan mandatory B35 dan B50.

B35 diperkirakan menyerap 13,15 juta kiloliter biodiesel, sementara B50 ditargetkan menyerap 2,11 juta kiloliter.

Untuk memenuhi target B50, dibutuhkan tambahan 6,7 juta kiloliter biodiesel atau setara dengan 7,2 juta ton CPO.

Pemerintah dan pelaku industri berharap peningkatan alokasi biodiesel ini tidak mengganggu pasokan CPO untuk kebutuhan pangan nasional.

Karena itu, peningkatan produksi nasional menjadi keharusan.

Jatmiko menegaskan bahwa kunci penguatan industri sawit nasional terletak pada komitmen terhadap prinsip environmental, social, and governance (ESG).

Penerapan ESG dipandang sebagai jawaban terbaik atas berbagai tekanan terhadap keberlanjutan industri sawit Indonesia.

Penulis :
Aditya Yohan