
Pantau - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) memaparkan peta jalan penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) sebagai langkah strategis memperluas akses layanan pendidikan formal, terutama di wilayah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T).
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK) Kemendikdasmen, Tatang Muttaqin, menyampaikan bahwa saat ini masih terdapat 3,9 juta anak usia sekolah yang tidak mengenyam pendidikan.
Sekitar 25 persen dari mereka tidak melanjutkan sekolah karena berbagai alasan, seperti ketiadaan biaya, harus bekerja atau mencari nafkah, menikah, mengurus rumah tangga, hingga lokasi sekolah yang terlalu jauh dari tempat tinggal.
"Oleh karena itu, melalui program Pendidikan Jarak Jauh jenjang pendidikan menengah yang kami luncurkan uji terapnya hari ini, kami berupaya memfasilitasi pemerataan kesempatan pendidikan yang bermutu bagi seluruh anak Indonesia," ungkap Tatang.
Ditargetkan 3.400 Murid Akses PJJ di Tahun 2027
Program PJJ untuk jenjang pendidikan menengah akan diimplementasikan secara bertahap mulai tahun 2026 di 34 satuan pendidikan di seluruh provinsi Indonesia.
Dengan target minimal 100 murid per provinsi, Kemendikdasmen memperkirakan sebanyak 3.400 murid akan dapat mengakses program ini pada tahun 2027.
Tatang menambahkan bahwa pihaknya berharap pada tahun 2028, pemerintah daerah dapat mengambil peran lebih aktif dalam menjangkau anak-anak usia sekolah yang belum mengakses pendidikan.
"Sehingga pada penghujung pemerintahan, diharapkan ada Sekolah Jarak Jauh Nasional untuk menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan berdaya saing," katanya.
SIKK Jadi Proyek Percontohan untuk Anak Pekerja Migran
Kemendikdasmen saat ini tengah melakukan uji terap PJJ jenjang pendidikan menengah di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Malaysia.
Uji terap ini bertujuan memfasilitasi layanan pendidikan formal bagi anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI), dengan target awal 100 murid pada tahun ini.
SIKK dipilih sebagai proyek percontohan karena memiliki jumlah murid terbanyak di antara sekolah Indonesia luar negeri dan menjadi sekolah induk bagi Community Learning Center (CLC) yang tersebar di Sabah dan Sarawak.
Sekitar 20 ribu peserta didik jenjang SD dan SMP tercatat terhubung dengan SIKK melalui berbagai pusat belajar tersebut.
Mayoritas orang tua dari peserta didik ini bekerja sebagai buruh sawit, pekerja bangunan, asisten rumah tangga, hingga pelayan restoran.
- Penulis :
- Aditya Yohan