
Pantau - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan pentingnya peran sastra, khususnya puisi, dalam menopang peradaban bangsa Indonesia sejak masa lampau hingga era modern.
"Sastra adalah bagian penting dari kehidupan kita, apalagi puisi memotret begitu banyak perjalanan bangsa Indonesia dari era Pujangga Lama, Pujangga Baru, Balai Pustaka, Angkatan 45, hingga Angkatan 66", ungkapnya.
Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam acara “Malam Dzikir Puisi” yang digelar di Universitas Indonesia, Depok, pada Sabtu, 23 Agustus 2025 oleh Teater Sastra dan Alumni UI Lintas Generasi.
Sastra Sebagai Kekuatan Budaya dan Spiritualitas Bangsa
Fadli menyebut bahwa acara ini memiliki makna penting karena bertepatan dengan peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia, sebuah momen reflektif yang menunjukkan kokohnya bangsa karena keberagaman budaya.
Ia menyatakan bahwa kekayaan budaya, termasuk sastra, menjadi kekuatan pemersatu yang harus terus dijaga dan dikembangkan.
Kementerian Kebudayaan, menurut Fadli, saat ini memiliki sejumlah program strategis untuk memperkuat ekosistem sastra nasional sekaligus mendorong internasionalisasi sastra Indonesia.
"Dan kita menghidupkan juga ekosistem sastra di dalam negeri. Ekosistem sastra ini sangat penting termasuk di dalamnya tentu puisi", katanya.
Salah satu contoh konkret dari program tersebut adalah penyelenggaraan acara “Sasana Sastra: Membaca 80 Tahun Indonesia” yang digelar pada 22 Agustus 2025 di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Fadli menekankan bahwa karya sastra Indonesia harus lebih dikenal secara global agar mendapat apresiasi luas, tidak hanya terbatas pada publik Indonesia.
Malam Dzikir Puisi: Perpaduan Zikir, Puisi, dan Cinta Tanah Air
Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia, Mahmud Subandriyo, menjelaskan bahwa “Malam Dzikir Puisi” diselenggarakan sebagai ruang perenungan untuk meneguhkan kembali nilai-nilai spiritual dan kebangsaan.
“Sebagai peneguhan kembali peran puisi sebagai sarana membangun peradaban. Puisi menghubungkan zikir kita kepada Sang Pencipta dan cinta kepada bangsa”, ujarnya.
Acara ini menampilkan pembacaan puisi oleh alumni lintas generasi Universitas Indonesia, mulai dari angkatan 1970-an hingga mahasiswa saat ini.
Beberapa tokoh yang tampil antara lain Sayuti Asyathrie, Linda Djalil, Yahya Andisaputra, Ali Sonhadj, Ishak Rafick, Neno Warisman, I. Yudhi Soenarto, dan Indrajaya Piliang.
Selain pembacaan puisi, acara juga dimeriahkan oleh kelompok musik yang membawakan musikalisasi puisi, seperti Mawar Merah Putih Indonesia, Swara SeadaNya, D'Yello, Ahmad Munjid, serta para mahasiswa Universitas Indonesia.
- Penulis :
- Aditya Yohan