
Pantau - Akhmad Munir resmi terpilih sebagai Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) periode 2025–2030 dalam Kongres PWI yang digelar di Gedung BPPTIK Kementerian Komdigi, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada 30 Agustus 2025.
Munir yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama Perum LKBN ANTARA meraih 52 suara dari total 87, unggul 17 suara atas pesaingnya, Hendry CH Bangun, yang memperoleh 35 suara.
Munir Jadi Ketua Umum PWI Pertama dari ANTARA Pasca-Orde Baru
Terpilihnya Akhmad Munir menjadikannya sebagai orang ketujuh dari LKBN ANTARA yang memimpin PWI, dan yang pertama sejak berakhirnya era Orde Baru.
Jurnalis senior ANTARA, Boyke Soekapdjo, mencatat bahwa sejak PWI berdiri, insan ANTARA telah memimpin organisasi ini pada masa-masa awal.
Pada Kongres I tahun 1946, Soemanang yang juga pendiri ANTARA menjadi ketua pertama.
Kongres II tahun 1947 dipimpin oleh Oesmar Ismail yang kelak dikenal sebagai tokoh perfilman nasional.
Pada Kongres III hingga V (1949–1951), Djawoto menjabat sebagai ketua, disusul oleh Tengkoe Sjahril yang memimpin dari Kongres VI hingga IX (1952–1959), menjadi ketua terlama dalam sejarah PWI.
Djawoto kembali memimpin dalam Kongres X tahun 1961, diikuti oleh Abdoel Karim Daeng Patombong pada Kongres XI tahun 1963, meski kemudian dicopot setelah peristiwa 1965.
Mahbub Djunaidi memimpin pada Kongres XII dan XIII (1965–1968), menjadikannya ketua terlama ketiga PWI.
Amanat Rekonsiliasi dan Tantangan Berat di Depan Mata
Akhmad Munir hadir membawa gaya kepemimpinan yang halus dan santun, serta misi utama untuk menyatukan kembali PWI yang sempat terpecah dalam beberapa tahun terakhir.
Munir dianggap sebagai simbol harapan bagi para anggota akar rumput yang mendambakan ketenangan, bukan pertikaian internal.
Sejak awal pencalonannya, Munir mengusung semangat rekonsiliasi karena menyadari bahwa dualisme kepengurusan selama setahun terakhir telah menimbulkan luka yang dalam.
"Ini salah satu kunci. Tanpa persatuan, PWI tidak akan bisa bergerak maju," ujar seorang peserta kongres.
Ketua PWI Jawa Barat, Hilman Hidayat, turut menegaskan pentingnya kesatuan organisasi.
"Ini pemilihan yang demokratis, sportif, kemudian juga dengan semangat luar biasa dari kedua belah pihak untuk menyatukan lagi PWI. Siapapun yang menang, kita tidak ada lagi kubu-kubuan. Yang jelas hanya ada satu PWI," tegasnya.
Kemenangan Munir pun dinilai sebagai amanat dari Kongres Cikarang, sebuah mandat besar untuk mengakhiri konflik internal dan menyatukan kembali seluruh faksi di tubuh organisasi.
Munir dipandang tidak bisa bersantai karena membawa "pekerjaan rumah" besar yang menanti, termasuk merangkul pihak yang kalah dan membangun kembali komunikasi dengan mereka yang sebelumnya berbeda pandangan.
- Penulis :
- Aditya Yohan