Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Tagar #ResetIndonesia Jadi Simbol Ledakan Keresahan Publik di Media Sosial

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Tagar #ResetIndonesia Jadi Simbol Ledakan Keresahan Publik di Media Sosial
Foto: (Sumber: BEM Unpad bersama koalisi masyarakat sipil menggelar aksi di halaman depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Jumat (5/9/2025),. ANTARA/Asep Firmansyah/am.)

Pantau - Tagar #ResetIndonesia menggema luas di berbagai platform media sosial sepanjang sepekan terakhir sebagai wujud ekspresi keresahan kolektif masyarakat terhadap tata kelola negara yang dinilai bermasalah.

Tagar Jadi Sarana Tuntutan Perubahan Sistemik

Tagar #ResetIndonesia muncul sebagai puncak dari akumulasi kekecewaan masyarakat terhadap berbagai dinamika politik dan sosial yang dianggap tidak berpihak pada kepentingan rakyat.

Tujuan utama tagar ini adalah menyerukan perubahan secara sistemik dan menyeluruh terhadap tata kelola pemerintahan, termasuk transparansi, akuntabilitas, dan responsivitas pejabat negara.

Sebelumnya, berbagai tagar kritis lainnya juga sempat viral, seperti #BubarkanDPR, yang menyasar kinerja dan perilaku anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

Tagar tersebut dipicu oleh munculnya informasi mengenai tunjangan tinggi serta tindakan dan pernyataan sejumlah anggota DPR yang dianggap tidak memiliki empati terhadap kesulitan ekonomi masyarakat.

Insiden tragis yang menewaskan Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online, akibat kendaraan taktis Brimob yang melindasnya, turut memicu kemarahan publik dan melahirkan tagar #PolisiPembunuh serta #JusticeforAffan.

"Ketika suara rakyat tidak mendapat respons yang layak, media sosial menjadi satu-satunya ruang bagi ekspresi publik," ungkap Dinda Ramadhani, aktivis digital dan peneliti media.

Munculnya #ResetIndonesia menjadi semacam titik temu dari berbagai tuntutan yang sebelumnya terpecah dalam banyak isu, mulai dari ekonomi, penegakan hukum, hingga hak sipil.

Gelombang Solidaritas dan Simbol Perlawanan

Di tengah derasnya arus kritik dan tuntutan, juga bermunculan tagar solidaritas seperti #WargaJagaWarga dan #SipilJagaSipil, yang menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap disinformasi dan potensi provokasi.

Tagar ini juga menjadi pengingat agar masyarakat tidak terjebak dalam narasi marginalisasi identitas, seruan kekerasan, atau mobilisasi menuju situasi darurat militer.

Salah satu bentuk solidaritas yang menarik perhatian adalah kemunculan tagar #BravePinkHeroGreen, terinspirasi dari warna hijab seorang demonstran perempuan dan jaket hijau khas pengemudi ojek online.

Kedua warna ini menjadi simbol identitas visual kolektif gerakan, sebagai penghormatan terhadap keberanian sipil dan duka atas meninggalnya Affan Kurniawan.

Fenomena ini menunjukkan tingginya partisipasi masyarakat dalam aktivisme digital, yang tak hanya reaktif tetapi juga strategis.

Dengan jumlah pengguna media sosial yang sangat besar, masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa suara mereka bukan hanya sekadar opini sesaat, tetapi bagian dari strategi sadar dalam memanfaatkan algoritma sebagai alat resistansi.

"Media sosial bukan hanya tempat curhat, tapi ruang perjuangan politik baru," ujar Nur Rahmawati, dosen komunikasi politik di salah satu universitas negeri di Jakarta.

Tagar-tagar tersebut kini menjadi parameter tekanan sosial terhadap pemerintah, sekaligus sinyal bahwa kesadaran politik masyarakat telah bertransformasi secara signifikan.

Penulis :
Aditya Yohan