Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Indonesia Perkuat Ketahanan Pangan Lewat Konsep Blue Food Berkelanjutan

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

Indonesia Perkuat Ketahanan Pangan Lewat Konsep Blue Food Berkelanjutan
Foto: Menteri Kelautan dan Perikanan sedang memberi sambutan di Balai Perikanan Budi Daya Laut (BPBL) Batam, bersama Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan jajaran pemerintahan Kepri di Batam, Kepri (sumber: ANTARA/Amandine Nadja)

Pantau - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong konsep pangan biru atau blue food berkelanjutan melalui pengembangan budi daya ikan di berbagai daerah, termasuk Batam, Kepulauan Riau.

Komitmen Indonesia Menjadi Kekuatan Blue Food

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen menjadikan pangan biru sebagai salah satu kekuatan utama ketahanan pangan nasional.

"Ini sudah siap untuk direplikasi dan disebarluaskan di Indonesia. Dalam tiga sampai empat tahun ke depan, Indonesia akan menjadi kekuatan di bidang blue food," ujarnya.

Ia menjelaskan perkembangan budi daya ikan semakin pesat dengan dukungan teknologi terkini.

"Kita sudah jagoan kalau budi daya kerapu. Di Balai Perikanan Budi Daya Laut (BPBL) Batam, ada bawal bintang, napoleon, jade perch yang berasal dari Australia namun dikembangkan di sini dengan teknologi resirkulasi air," kata Menteri KP.

Diversifikasi jenis ikan tersebut dinilai memperkuat swasembada pangan berbasis protein sekaligus menjawab kebutuhan gizi masyarakat.

"Protein dari ikan ini menjadi kekuatan kita. Dengan dukungan teknologi, budi daya ikan akan semakin mendorong ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan," tambahnya.

Pengembangan Budi Daya Lobster dan Sinergi dengan Nelayan

Selain ikan konsumsi, Menteri KP juga menyoroti potensi besar budi daya lobster yang tengah ditingkatkan di fasilitas BPBL Batam.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP Tb Haeru Rahayu menyebut kapasitas budi daya BPBL saat ini mencapai 6 unit dan masih akan ditambah.

"Ini kami masih ada 13.000 benih lobster untuk panen berikutnya. Kami juga berencana menambah kapasitas sampai 2.000 lubang di BPBL dengan persetujuan Pak Menteri, jadi semoga dapat menambah kapasitas," ujarnya.

Saat ini, kapasitas budi daya lobster di BPBL tercatat sekitar 200 lubang.

"Selain itu, kami juga menggandeng nelayan lokal agar keberlanjutan pangan biru tetap terjaga. Salah satu bentuk sinergi adalah pemanfaatan kerang hijau yang ditanam oleh nelayan lokal," kata Tb Haeru.

Sisa kerang hijau yang tidak terjual oleh nelayan dimanfaatkan sebagai pakan lobster.

"Jadi nelayan tetap mendapat keuntungan, sementara ekosistem budi daya kita lebih efisien dan ramah lingkungan," tambahnya.

Upaya ini menunjukkan kesinambungan antara pemanfaatan hasil sumber daya laut dan dukungan terhadap produsen lokal untuk memperkuat industri budi daya ikan di Batam.

Penulis :
Shila Glorya