Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Dokter Jelaskan Bahaya Gula dan Garam untuk Bayi, Tegaskan Tidak Perlu Tambahan Rasa

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Dokter Jelaskan Bahaya Gula dan Garam untuk Bayi, Tegaskan Tidak Perlu Tambahan Rasa
Foto: (Sumber: Arsip foto - Petugas mengukur lingkar kepala bayi saat layanan posyandu di Kelurahan Pojok, Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (21/8/2025).)

Pantau - Seorang dokter anak senior dari India menegaskan bahwa tambahan garam dan gula pada makanan bayi dapat membahayakan kesehatan dan perkembangan jangka panjang karena organ tubuh bayi yang masih belum matang.

Peringatan ini disampaikan oleh Dr. Senthil Kumar Sadasivam Perumal, Konsultan Senior – Neonatologi dan Pediatri di Rumah Sakit Apollo Cradle and Children's, Bengaluru-Brookefield, seperti dilansir Hindustan Times.

Perumal menjelaskan bahwa bayi sebaiknya tidak diberi garam atau gula tambahan, terutama sebelum usia 12 bulan, meskipun sebagian orang tua merasa makanan bayi tanpa garam terasa hambar.

"Bayi lahir dengan ginjal yang belum matang. Ginjal mereka membutuhkan waktu untuk mengembangkan kemampuannya dalam mengolah natrium. Memberi mereka sedikit garam dalam nasi dan lentil (dal) yang dimasak dapat membebani ginjal mereka dan dapat menyebabkan masalah ginjal atau tekanan darah tinggi di kemudian hari," ungkapnya.

Bahaya Gula dan Madu untuk Bayi, Pilihan MPASI Alami Lebih Aman

Menurut Perumal, kebutuhan garam bayi sudah tercukupi dari ASI atau susu formula, dan asupan natrium tidak boleh melebihi satu gram per hari.

Pemberian garam tambahan juga bisa membentuk preferensi terhadap makanan asin sejak dini dan meningkatkan risiko gangguan pola makan di masa depan.

Selain itu, banyak keluarga juga memberi gula aren (jaggery) dan madu sebagai pengganti gula putih, dengan anggapan lebih sehat.

Namun, Perumal menegaskan bahwa kandungan zat besi dalam gula aren tidak sebanding dengan nutrisi dari buah, sayur, dan biji-bijian.

Ia juga memperingatkan bahaya botulisme bayi, kondisi langka namun fatal yang bisa disebabkan oleh spora bakteri Clostridium botulinum dalam madu.

Baik gula maupun madu merupakan sumber gula terkonsentrasi yang bisa memengaruhi preferensi rasa manis, meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan kerusakan gigi di masa depan.

Sebagai alternatif, orang tua disarankan memberikan makanan alami saat bayi mulai MPASI pada usia 6 bulan.

Pilihan yang direkomendasikan meliputi:

Buah-buahan alami seperti pisang tumbuk, bubur apel, pepaya, mangga, sawi, dan pir.

Sayur-sayuran tinggi nutrisi dengan rasa lembut dan alami.

Biji-bijian seperti beras, suji, ragi, gandum dan gandum pecah, yang dimasak hingga lunak dan bisa dicampur ASI atau susu formula.

Kacang-kacangan dan lentil tanpa garam sebagai sumber protein dan zat besi.

Lemak sehat seperti alpukat, ghee, dan bubuk kacang (dengan syarat bayi tidak memiliki alergi).

Perumal menyimpulkan bahwa rasa tawar bagi orang dewasa sebenarnya sudah cukup seimbang bagi bayi.

"Apa yang mungkin terasa tawar dan tawar bagi lidah orang dewasa, sebenarnya seimbang dan pas untuk bayi. Tahap bayi sangat penting untuk mengembangkan kesehatan jangka panjang, kekebalan tubuh, dan preferensi makanan. Tidak memberi garam, gula, gula aren, atau madu bukanlah kompromi, melainkan melindungi perkembangan organ bayi," ujarnya.

Penulis :
Aditya Yohan