
Pantau - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Atip Latipulhayat menyampaikan bahwa angka buta aksara di Indonesia berhasil ditekan hingga tinggal 0,92 persen dalam lima tahun terakhir, namun menegaskan bahwa perjuangan literasi belum selesai.
“Selama lima tahun terakhir, Indonesia berhasil menurunkan angka buta aksara hingga tinggal 0,92 persen. Tepuk tangan untuk pencapaian ini,” ungkap Atip dalam peringatan Hari Aksara Internasional.
Meski demikian, ia menekankan masih terdapat sejumlah kabupaten yang membutuhkan perhatian serius dalam pemberantasan buta aksara.
“Pemerintah berkomitmen untuk tidak meninggalkan satupun warga negara di belakang,” tegasnya.
Literasi di Era Digital Jadi Tantangan dan Prioritas
Hari Aksara Internasional tahun ini mengusung tema global "Promoting Literacy in the Digital Era" dan tema nasional "Kesalahan Literasi Digital Membangun Peradaban."
Tema ini dipilih sebagai pengingat bahwa literasi bukan lagi sebatas kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan memahami, menganalisis, dan menggunakan informasi secara cerdas di tengah kemajuan teknologi.
“Tema ini sangat relevan dengan kemajuan teknologi di era digital, dimana kita semua menyadari betapa pesatnya kemajuan teknologi, sehingga kemampuan literasi digital harus dibarengi dengan kemampuan memanfaatkan secara positif dalam upaya membangun peradaban,” jelas Atip.
Ia menekankan bahwa literasi merupakan fondasi utama dalam membangun masyarakat yang cerdas, mandiri, kritis, produktif, dan inklusif.
Pemerintah Dorong Literasi Melalui Digitalisasi Pendidikan
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah terus memperkuat berbagai kebijakan dan program guna meningkatkan kemampuan literasi di seluruh wilayah Indonesia.
Fokus utama diarahkan pada daerah-daerah yang masih menghadapi tantangan buta aksara dan keterbatasan akses terhadap pendidikan formal.
Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah mendorong digitalisasi pendidikan, terutama melalui program peningkatan kompetensi literasi digital.
Digitalisasi diwujudkan dengan penggunaan perangkat interactive flat panel atau layar pintar digital dalam proses pembelajaran, baik di jalur pendidikan formal maupun nonformal.
Program ini diharapkan mampu memperluas jangkauan literasi berbasis teknologi secara lebih merata dan relevan dengan tantangan zaman.
- Penulis :
- Aditya Yohan