
Pantau - Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo, menegaskan bahwa penyediaan air bersih merupakan salah satu fokus utama Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta hingga akhir tahun 2029.
"Jakarta sebagai kota yang inklusif dan berkelanjutan tentunya terus-menerus ingin meningkatkan diri capaian air bersihnya," ungkap Pramono.
Saat ini, cakupan layanan air bersih di Jakarta baru mencapai 74,24 persen, atau meningkat sekitar 4 persen sejak Pramono menjabat sebagai Gubernur.
Target Ambisius dan Strategi Pengurangan Kebocoran
Pemprov DKI menargetkan cakupan air bersih meningkat menjadi 85 persen pada tahun 2026 dan mencapai 100 persen pada akhir 2029.
Salah satu tantangan utama dalam penyediaan air bersih adalah tingginya angka non-revenue water (NRW), yakni kehilangan air akibat kebocoran atau pencatatan yang tidak akurat, yang saat ini berada di angka 45,88 persen.
Sebagai perbandingan, negara-negara maju seperti Jepang, Korea, dan Singapura mencatatkan tingkat NRW hanya di kisaran belasan persen.
Oleh karena itu, Pramono menargetkan angka NRW di Jakarta bisa ditekan menjadi 20–25 persen dalam beberapa tahun ke depan.
Proyek SPAM Jadi Tulang Punggung Pemerataan Air Bersih
Untuk mempercepat perluasan cakupan layanan air bersih, Pemprov DKI bersama PAM Jaya tengah mengakselerasi pembangunan sejumlah Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) strategis.
Proyek SPAM Karian Serpong ditargetkan menambah cakupan layanan sebesar 10 persen atau sekitar 212 ribu pelanggan baru.
SPAM Jatiluhur I diproyeksikan mampu menambah cakupan sekitar 13 persen, mencakup sekitar 300 ribu sambungan rumah.
Sementara SPAM Buaran III ditargetkan memperluas cakupan layanan sebesar 8,8 persen atau sekitar 250 ribu sambungan rumah baru.
Ketiga proyek ini menjadi tumpuan utama Pemprov DKI dalam mewujudkan akses air bersih universal bagi seluruh warga Jakarta.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Tria Dianti